Analisis Kebijakan Kesehatan
Pengantar tentang kebijakan kesehatan dan analisis kebijakan
Dalam kehidupan kita tentu tidak lepas dari masalah kesehatan. Masalah kesehatan yang dihadapi tentunya harus memiliki manajemen yang baik. Dan dalam hal ini, pemerintah turut campur tangan di bawahi oleh Kementrian Kesehatan (Kemenkes). Sebagai suatu lembaga yang mengatur jalannya sistem kesehatan di Indonesia, Kementrian Kesehatan sangat bertanggung jawab akan hal ini. Kemenkes selaku pembuat kebijakan kesehatan juga perlu melakukan analisis terhadap setiap kebijakan kesehatan yang dibuat supaya derajat kesehatan di Indonesia lebih terarah untuk mencapai Indonesia Sehat. Lebih lanjut penjelasan mengenai “Analisis Kebijakan Kesehatan”, akan dibahas dalam makalah ini.
1.2. TUJUAN PENULISAN
Makalah ini dibuat dengan tujuan sebagai pemenuhan tugas kelompok Dasar AKK. Selain itu juga, agar para pembaca sekalian dapat menambah pengetahuan dalam lingkup Dasar Administrasi Kebijakan Kesehatan khususnya mengenai Analisis Kebijakan Kesehatan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. PENGERTIAN ANALISIS KEBIJAKAN KESEHATAN
Analisis Kebijakan Kesehatan, terdiri dari 3 kata yang mengandung arti atau dimensi yang luas, yaitu analisa atau analisis, kebijakan, dan kesehatan.
Analisa atau analisis, adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa (seperti karangan, perbuatan, kejadian atau peristiwa) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya, sebab musabab atau duduk perkaranya (Balai Pustaka, 1991).
Kebijakan merupakan suatu rangkaian alternative yang siap dipilih berdasarkan prinsip-prinsip tertentu. Kebijakan merupakan suatu hasil analisis yang mendalam terhadap berbagai alternative yang bermuara kepada keputusan tentang alternative terbaik[8]. Kebijakan adalah rangkaian dan asas yang menjadi garis besar dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan kepemimpinan, dan cara bertindak (tentag organisasi, atau pemerintah); pernyataan cita-cita, tujuan, prinsip, atau maksud sebagai garis pedoman untuk manajemen dalam usaha mencapai sasaran tertentu. Contoh: kebijakan kebudayaan, adalah rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis besar rencana atau aktifitas suatu negara untuk mengembangkan kebudayaan bangsanya. Kebijakan Kependudukan, adalah konsep dan garis besar rencana suatu pemerintah untuk mengatur atau mengawasi pertumbuhan penduduk dan dinamika penduduk dalam negaranya (Balai Pustaka, 1991).[8]
Kebijakan berbeda makna dengan Kebijaksanaan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Balai Pustaka, 1991), kebijaksanaan adalah kepandaian seseorang menggunakan akal budinya (berdasar pengalaman dan pangetahuannya); atau kecakapan bertindak apabila menghadapi kesulitan.[11] Kebijaksanaan berkenaan dengan suatu keputusan yang memperbolehkan sesuatu yang sebenarnya dilarang berdasarkan alasan-alasan tertentu seperti pertimbangan kemanusiaan, keadaan gawat dll. Kebijaksanaan selalu mengandung makna melanggar segala sesuatu yang pernah ditetapkan karena alasan tertentu.[8]
Menurut UU RI No. 23, tahun 1991, tentang kesehatan, kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara soial dan ekonomi (RI, 1992).[9] Pengertian ini cenderung tidak berbeda dengan yang dikembangkan oleh WHO, yaitu: kesehatan adalah suatu kaadaan yang sempurna yang mencakup fisik, mental, kesejahteraan dan bukan hanya terbebasnya dari penyakit atau kecacatan.[13] Menurut UU No. 36, tahun 2009 Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. [12]
Jadi, analisis kebijakan kesehatan adalah pengunaan berbagai metode penelitian dan argumen untuk menghasilkan dan memindahkan informasi yang relevan dengan kebijakan sehingga dapat dimanfaatkan ditingkat politik dalam rangka memecahkan masalah kebijakan kesehatan.[5][6]
2.2. PERAN ANALISIS KEBIJAKAN
Analisis kebijakan kesehatan awalnya adalah hasil pengembangan dari analisis kebijakan publik. Akibat dari semakin majunya ilmu pengetahuan dan kebutuhan akan analisis kebijakan dalam bidang kesehatan itulah akhirnya bidang kajian analisis kebijakan kesehatan muncul.
Sebagai suatu bidang kajian ilmu yang baru, analisis kebijakan kesehatan memiliki peran dan fungsi dalam pelaksanaannya. Peran dan fungsi itu adalah:
Adanya analisis kebijakan kesehatan akan memberikan keputusan yang fokus pada masalah yang akan diselesaikan.
Analisis kebijakan kesehatan mampu menganalisis multi disiplin ilmu. Satu disiplin kebijakan dan kedua disiplin ilmu kesehatan. Pada peran ini analisis kebijakan kesehatan menggabungkan keduanya yang kemudian menjadi sub kajian baru dalam khazanah keilmuan.
Adanya analisis kebijakan kesehatan, pemerintah mampu memberikan jenis tindakan kebijakan apakah yang tepat untuk menyelesaikan suatu masalah.
Memberikan kepastian dengan memberikan kebijakan/keputusan yang sesuai atas suatu masalah yang awalnya tidak pasti.
Dan analisis kebijakan kesehatan juga menelaah fakta-fakta yang muncul kemudian akibat dari produk kebijakan yang telah diputuskan/diundangkan. [1] [2]
2.3. PERUMUSAN MASALAH KEBIJAKAN
Masalah kebijakan, adalah nilai, kebutuhan atau kesempatan yang belum terpenuhi, tetapi dapat diindentifikasikan dan dicapai melalui tindakan publik. Tingkat kepelikan masalah tergantung pada nilai dan kebutuhan apa yang dipandang paling panting.
Staf puskesmas yang kuat orientasi materialnya (gaji tidak memenuhi kebutuhan), cenderung memandang aspek imbalan dari puskesmas sebagai masalah mandasar dari pada orang yang punya komitmen pada kualitas pelayanan kesehatan.
Menurut Dunn (1988) beberapa karakteristik masalah pokok dari masalah kebijakan, adalah:
Interdepensi (saling tergantung), yaitu kebijakan suatu bidang (energi) seringkali mempengaruhi masalah kebijakan lainnya (pelayanan kesehatan). Kondisi ini menunjukkan adanya sistem masalah. Sistem masalah ini membutuhkan pendekatan Holistik, satu masalah dengan yang lain tidak dapat di piahkan dan diukur sendirian.
Subjektif, yaitu kondisi eksternal yang menimbulkan masalah diindentifikasi, diklasifikasi dan dievaluasi secara selektif. Contoh: Populasi udara secara objektif dapat diukur (data). Data ini menimbulkan penafsiran yang beragam (a.l. gang-guan kesehatan, lingkungan, iklim, dll). Muncul situasi problematis, bukan problem itu sendiri.
Artifisial, yaitu pada saat diperlukan perubahan situasi problematis, sehingga dapat menimbulkan masalah kebijakan.
Dinamis, yaitu masalah dan pemecahannya berada pada suasana perubahan yang terus menerus. Pemecahan masalah justru dapat memunculkan masalah baru, yang membutuhkan pemecahan masalah lanjutan.
Tidak terduga, yaitu masalah yang muncul di luar jangkauan kebijakan dan sistem masalah kebijakan.[3][10]
2.4. PENDEKATAN ANALISIS KEBIJAKAN
Upaya untuk menghasilk informasi dan argumen, analis kebijakan dapat menggunakan beberapa pendekatan, yaitu: pendekatan Empiris, Evaluatif, dan Normatif (Dunn, 1988).
Pendekatan Empiris, memusatkan perhatian pada masalah pokok, yaitu apakah sesuatu itu ada (menyangkut fakta). Pendekatan ini lebih menekankan penjelasan sebab akibat dari kebijakan publik. Contoh, Analisis dapat menjelaskan atau meramalkan pembelanjaan negara untuk kesehatan, pendidikan, transportasi. Jenis informasi yang dihasilkan adalah Penandaan.
Pendekatan evaluatif, memusatkan perhatian pada masalah pokok, yaitu berkaitan dengan penentuan harga atau nilai (beberapa nilai sesuatu) dari beberapa kebijakan. Jenis informasi yang dihasilkan bersifat Evaluatif. Contoh: setelah menerima informasi berbagai macam kebijakan KIA – KB, analis dapat mengevaluasi bermacam cara untuk mendistribusikan biaya, alat, atau obat-obatan menurut etika dan konsekuensinya.
Pendekatan normatif, memusatkan perhatian pada masalah pokok, yaitu Tindakan apa yang semestinya di lakukan. Pengusulan arah tindakan yang dapat memecahkan masalah problem kebijakan, merupakan inti pendekatan normatif. Jenis informasi bersifat anjuran atau rekomendasi. Contoh: peningkatan pembayaran pasien puskesmas (dari Rp.300 menjadi Rp.1000) merupakan jawaban untuk mengatasi rendahnya kualitas pelayanan di puskesmas. Peningkatan ini cenderung tidak memberatkan masyarakat. [1][3]
Ketiga pendekatan di atas menghendaki suatu kegiatan penelitian dan dapat memanfaatkan berbagai pendekatan lintas disiplin ilmu yang relevan. Adapun model panelitian yang lazim digunakan adalah penelitian operasional, terapan atau praktis.
Pembuatan informasi yang selaras kebijakan (baik yang bersifat penandaan, evaluatif, dan anjuran) harus dihasilkan dari penggunaan prosedur analisis yang jelas (metode penelitian). Menurut Dunn (1988), dalam Analisis Kebijakan, metode analisis umum yang dapat digunakan, antara lain:
1) Metode peliputan (deskripsi), memungkinkan analis menghasilkan informasi mengenai sebab akibat kebijakan di masa lalu.
2) Metode peramalan (prediksi), memungkinkan analis menghasilkan informasi mengenai akibat kebijakan di masa depan.
3) Metode evaluasi, pembuatan informasi mengenai nilai atau harga di masa lalu dan masa datang.
METODE ANALISIS UMUM
METODE ANALISIS KEBIJAKAN
Deskripsi
Prediksi
Evaluasi
Preskripsi
(petunjuk)
Perumusan Masalah
Peliputan (monitoring)
Peramalan (forecasting)
Evaluasi (evaluation)
Rekomendasi (recommendation)
Penyimpulan Praktis
(Practical inference)
Penyimpulan praktis, ditujukan untuk mencapai kesimpulan yang lebih dekat agar masalah kebijakan dapat dipecahkan. Kata Praktis, lebih ditekankan pada dekatnya hubungan kesimpulan yang diambil dengan nilai dan norma sosial. Pengertian ini lebih ditujukan untuk menjawab kesalahpahaman mengenai makna Rekomendasi yang sering diartikan pada informasi yang kurang operasional atau kurang praktis, masih jauh dari fenomena yang sesungguhnya.
Bila metode analisis kebijakan dikaitkan dengan pendekatan empiris, evaluatif, dan anjuran, maka metode analisis kebijakan dapat disusun menjadi 3 jenjang, yaitu:
1) Pendekatan modus operandi, dapat menghasilkan informasi dan argumen dengan memanfaatkan 3 jenjang metode analisis, yaitu perumusan masalah, peliputan, dan peramalan.
2) Pendekatan modus evaluatif, dapat menghasilkan informasi dan argumen dengan memanfaatkan 4 jenjang metode analisis, yaitu perumusan masalah, peliputan, peramalan, dan rekomendasi.
3) Pendekatan modus anjuran, dapat menghasilkan informasi dan argumen dengan memanfaatkan seluruh (6) jenjang metode analisis, yaitu perumusan masalah, peliputan, peramalan, evaluasi, rekomendasi, dan peyimpulan praktis. [5][6]
2.5. ARGUMEN KEBIJAKAN
Analisis kebijakan tidak hanya sekedar menghimpun data dan menghasilkan informasi. Analisis kebijakan juga harus memanfaatkan atau memindahkan informasi sebagai bagian dari argumen yang bernalar mengenai kebijakan publik untuk mencari solusi masalah kebijakan publik. Menurut Dunn (1988) struktur argumen kebijakan menggambarkan bagaimana analis kebijakan dapat menggunakan alasan dan bukti yang menuntun kepada pemecahan masalah kebijakan.
Berdasarkan struktur argumen, dapat diketahui bahwa seorang analisis kebijakan dapat menempuh langkah yang benar, dengan memanfaatkan informasi dan berbagai metode menuju kepada pemecahan masalah kebijakan; dan tidak sekedar membenarkan alternatif kebijakan yang disukai. [5][6]
2.6. BENTUK ANALISIS KEBIJAKAN
Analisis kebijakan terdiri dari beberapa bentuk, yang dapat dipilih dan digunakan. Pilihan bentuk analisis yang tepat, menghendaki pemahaman masalah secara mendalam, sebab kondisi masalah yang cenderung menentukan bentuk analisis yang digunakan.
Berdasarkan pendapat para ahli (Dunn, 1988; Moekijat, 1995; Wahab, 1991) dapat diuraikan beberapa bentuk analisis kebijakan yang lazim digunakan.
2.6.1. Analisis Kebijakan Prospektif
Bentuk analisis ini berupa penciptaan dan pemindahan informasi sebelum tindakan kebijakan ditentukan dan dilaksanakan. Menurut Wiliam (1971), ciri analisis ini adalah:
- mengabungkan informasi dari berbagai alternatif yang tersedia, yang dapat dipilih dan dibandingkan.
- diramalkan secara kuantitatif dan kualitatif untuk pedoman pembuatan keputusan kebijakan.
- secara konseptual tidak termasuk pengumpulan informasi.
2.6.2. Analisis Kebijakan Restrospektif (AKR)
Bentuk analisis ini selaras dengan deskripsi penelitian, dengan tujuannya adalah penciptaan dan pemindahan informasi setelah tindakan kebijakan diambil. Beberapa analisis kebijakan restropektif, adalah:
Analisis berorientasi Disiplin, lebih terfokus pada pengembangan dan pengujian teori dasar dalam disiplin keilmuan, dan menjelaskan sebab akibat kebijakan. Contoh: Upaya pencarian teori dan konsep kebutuhan serta kepuasan tenaga kesehatan di Indonesia, dapat memberi kontribusi pada pengembangan manajemen SDM original berciri Indonesia (kultural). Orientasi pada tujuan dan sasaran kebijakan tidak terlalu dominan. Dengan demikian, jika ditetapkan untuk dasar kebijakan memerlukan kajian tambahan agar lebih operasional.
Analisis berorientasi masalah, menitikberatkan pada aspek hubungan sebab akibat dari kebijakan, bersifat terapan, namun masih bersifat umum. Contoh: Pendidikan dapat meningkatkan cakupan layanan kesehatan. Orientasi tujuan bersifat umum, namun dapat memberi variabel kebijakan yang mungkin dapat dimanipulasikan untuk mencapai tujuan dan sasaran khusus, seperti meningkatnya kualitas kesehatan gigi anak sekolah melalui peningkatan program UKS oleh puskesmas.
Analisis beriorientasi penerapan, menjelaskan hubungan kausalitas, lebih tajam untuk mengidentifikasi tujuan dan sasaran dari kebijakan dan para pelakunya. Informasi yang dihasilkan dapat digunakan untuk mengevaluasi hasil kebijakan khusus, merumuskan masalah kebijakan, membangun alternatif kebijakan yang baru, dan mengarah pada pemecahan masalah praktis. Contoh: analis dapat memperhitungkan berbagai faktor yang mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan pelayanan KIA di Puskesmas. Informasi yang diperoleh dapat digunakan sebagai dasar pemecahan masalah kebijakan KIA di puskesmas.
2.6.3. Analisis Kebijakan Terpadu
Bentuk analisis ini bersifat konprehensif dan kontinyu, menghasilkan dan memindahkan informasi gabungan baik sebelum maupun sesudah tindakan kebijakan dilakukan. Menggabungkan bentuk prospektif dan restropektif, serta secara ajeg menghasilkan informasi dari waktu ke waktu dan bersifat multidispliner.
Bentuk analisis kebijakan di atas, menghasilkan jenis keputusan yang relatif berbeda yang, bila ditinjau dari pendekatan teori keputusan (teori keputusan deksriptif dan normatif), yang dapat diuraikan sebagai berikut:
1) Teori Keputusan Deskriptif, bagian dari analisis retrospektif, mendeskripsikan tindakan dengan fokus menjelaskan hubungan kausal tindakan kebijakan, setelah kebijakan terjadi. Tujuan utama keputusan adalah memahami problem kebijakan, diarahkan pada pemecahan masalah, namun kurang pada usaha pemecahan masalah.
2) Teori Keputusan Normatif, memberi dasar untuk memperbaiki akibat tindakan, menjadi bagian dari metode prospektif (peramalan atau rekomendasi), lebih ditujukan pada usaha pemecahan masalah yang bersifat praktis dan langsung. [5][6]
2.7. PERANAN POLITIK
Analisis kebijakan merupakan proses kognitif. Pembuatan kebijakan merupakan proses Politik. Dengan demikian Informasi yang dihasilkan belum tentu digunakan oleh pengambilan kebijakan.
Seorang analis harus aktif sebagai agen perubahan, paham struktur politik, berhubungan dengan orang yang mempengaruhi kebijakan yang dibuat, membuat usulan yang secara politis dapat diterima pengambil kebijakan, kelompok sasaran, merencanakan usulan yang mengarah kepada pelaksanaan.
Analis hanya satu dari banyak pelaku kebijakan, dengan pelaku kebijakan merupakan salah satu elemen sistem kebijakan. Dunn (1988) menjelaskan adanya 3 elemen dalam sistem kebijakan, yang satu sama lain mempunyai hubungan.
Dapat dijelaskan bahwa 3 elemen sistem kebijakan saling berhubungan:
1) Kebijakan publik, merupakan serangkaian pilihan yang dibuat atau tidak dibuat oleh badan atau kantor pemerintah, dipengaruhi atau mempengaruhi lingkungan kebijakan dan kebijakan publik.
2) Pelaku kebijakan, adalah kelompok masyarakat, organisasi profensi, partai politik, berbagai badan pemerintah, wakil rakyat, dan analis kebijakan yang dipengaruhi atau mempengaruhi pelaku kebijakan dan kebijakan publik.
3) Lingkungan kebijakan, yakni suasana tertentu tempat kejadian di sekitar isu kebijakan itu timbul, mempengaruhi dan dipengaruhi oleh pelaku kebijakan dan kebijakan publik.
Berdasarkan uraian di atas, maka seorang analis kebijakan dapat dikategorikan sebagai aktor kebijakan yang menciptakan dan sekaligus menghasilkan sistem kebijakan, disamping aktor kebijakan yang lainnya. [5][6]
2.8. SISTEM KESEHATAN
Sebelum melakukan analisis kebijakan kesehatan perlu dipahami terlebih dahulu mengenai sistem kesehatan. Bagaimana pengambilan kebijakan dibidang kesehatan.
2.9. KEBIJAKAN KESEHATAN DI INDONESIA
2.9.1. Isu strategis
► Pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan yang bermutu belum optimal
► Sistem perencanaan dan penganggaran departemen kesehatan belum optimal
► Standar dan pedoman pelaksanaan pembangunan kesehatan masih kurang memadai
► Dukungan departemen kesehatan untuk melaksanakan pembangunan kesehatan masih terbatas.
2.9.2. Strategi kesehatan di Indonesia
► Mewyjudkan komitmen pembangunan kesehatan
► Meningkatkan pertanggungjawaban dan pertanggunggugatan
► Membina sistem kesehatan dan sistem hukum di bidang kesehatan
► Mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan
► Melaksanakan jejaring pembangunan kesehatan
2.9.3. Kebijakan program promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat
► Pengembangan media promosi kesehatan dan teknologi komunikasi, informasi dan edukasi (KIE)
► Pengembangan upaya kesehatan bersumber masyarakat dan generasi muda
► Peningkatan pendidikan kesehatan kepada masyarakat
2.9.4. Kebijakan program lingkungan sehat
► Penyediaan sarana air bersih dan sanitasi dasar
► Pemeliharaan dan pengawasan kualitas lingkungan
► Pengendalian dampak resiko pencemaran lingkungan
► Pengembangan wilayah sehat
2.9.5. Kebijakan program upaya kesehatan dan pelayanan kesehatan
► Pelayanan kesehatan penduduk miskin di puskesmas dan jaringannya
► Pengadaan, peningkatan dan perbaikan sarana dan prasarana puskesmas dan jaringannya
► Pengadaan peralatan dan perbekalan kesehatan termasuk obat generik esensial
► Peningkatan pelayanan kesehatan dasar yang mencakup sekurang-kurangnya promosi kesehatan, kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana
► Penyediaan biaya operasional dan pemeliharaan
2.9.6. Kebijakan program upaya kesehatan perorangan
► Pelayanan kesehatan bagi penduduk miskin kelas III RS
► Pembangunan sarana dan parasarana RS di daerah tertinggal secara selektif
► Perbaikan sarana dan prasarana rumah sakit
► Pengadaan obat dan perbekalan RS
► Peningkatan pelayanan kesehatan rujukan
► Pengembangan pelayanan kedokteran keluarga
► Penyediaan biaya operasional dan pemeliharaan
2.9.7. Kebijakan program pencegahan dan pemberantasan penyakit
► Pencegahan dan penanggulangan faktor resiko
► Peningkatan imunisasi
► Penemuan dan tatalaksana penderita
► Peningkatan surveilans epidemologi
► Peningkatan KIE pencegahan dan pemberantasan penyakit
2.9.8. Kebijakan program perbaikan gizi masyarakat
► Peningkatan pendidikan gizi
► Penangulangan KEP, anemia gizi besi, GAKI, kurang vitamin A, kekuarangan zat gizi mikro lainnya
► Penanggulangan gizi lebih
► Peningkatan surveilans gizi
► Pemberdayaan masyarakat untuk pencapaian keluarga sadar gizi
2.9.9. Kebijakan program sumber daya kesehatan
► Peningkatan mutu penggunaan obat dan perbekalan kesehatan
► Peningkatan keterjangkauan harga obat dan perbekalan kesehatan terutama untuk penduduk miskin
► Peningkatan mutu pelayanan farmasi komunitas dan rumah sakit
2.9.10. Kebijakan program kebijakan dan manajemen pembangunan kesehatan
► Pengkajian dan penyusunan kebijakan
► Pengembangan sistem perencanaan dan pengangaran, pelaksanaan dan pengendalian, pengawasan dan penyempurnaan administrasi keuangan, serta hukum kesehatan
► Pengembangan sistem informasi kesehatan
► Pengembangan sistem kesehatan daerah
► Peningkatan jaminan pembiayaan kesehatan
2.9.11. Kebijakan program penelitian dan pengembagan kesehatan
► Penelitian dan pengembangan
► Pengembangan tenaga, sarana dan prasarana penelitian
► Penyebarluasan dan pemanfaatan hasil penelitian dan pengembangan kesehatan[4][7]
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Analisis kebijakan kesehatan adalah pengunaan berbagai metode penelitian dan argumen untuk menghasilkan dan memindahkan informasi yang relevan dengan kebijakan sehingga dapat dimanfaatkan ditingkat politik dalam rangka memecahkan masalah kebijakan kesehatan.
Sebagai suatu bidang kajian ilmu yang baru, analisis kebijakan kesehatan memiliki peran dan fungsi dalam pelaksanaannya.
Menurut Dunn (1988) beberapa karakteristik masalah pokok dari masalah kebijakan, adalah Interdepensi (saling tergantung), Subjektif, Artifisial, Dinamis dan Tidak terduga.
Upaya untuk menghasilk informasi dan argumen, analis kebijakan dapat menggunakan beberapa pendekatan, yaitu: pendekatan Empiris, Evaluatif, dan Normatif (Dunn, 1988).
Metode analisis kebijakan, yaitu Metode peliputan (deskripsi), Metode peramalan (prediksi) dan Metode evaluasi. 3 jenjang Metode analisis kebijakan, yaitu Pendekatan modus operandi, Pendekatan modus evaluative dan Pendekatan modus anjuran.
Analisis kebijakan tidak hanya sekedar menghimpun data dan menghasilkan informasi. Analisis kebijakan juga harus memanfaatkan atau memindahkan informasi sebagai bagian dari argumen yang bernalar mengenai kebijakan publik untuk mencari solusi masalah kebijakan publik. Menurut Dunn (1988) struktur argumen kebijakan menggambarkan bagaimana analis kebijakan dapat menggunakan alasan dan bukti yang menuntun kepada pemecahan masalah kebijakan.
Bentuk analisis kebijakan yang lazim digunakan, yaitu Analisis Kebijakan Prospektif, Analisis Kebijakan Restropektif (AKR) dan Analisis Kebijakan Terpadu.
Dunn (1988) menjelaskan adanya 3 elemen dalam sistem kebijakan, yang satu sama lain mempunyai hubungan, yaitu Kebijakan public, Pelaku kebijakan dan Lingkungan kebijakan.
Sebelum melakukan analisis kebijakan kesehatan perlu dipahami terlebih dahulu mengenai sistem kesehatan. Bagaimana pengambilan kebijakan dibidang kesehatan.
Kebijakan kesehatan di Indonesia, yaitu Kebijakan program promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat, Kebijakan program lingkungan sehat, Kebijakan program upaya kesehatan dan pelayanan kesehatan, Kebijakan program upaya kesehatan perorangan, Kebijakan program pencegahan dan pemberantasan penyakit, Kebijakan program perbaikan gizi masyarakat, Kebijakan program sumber daya kesehatan, Kebijakan program kebijakan dan manajemen pembangunan kesehatan dan Kebijakan program penelitian dan pengembagan kesehatan.
3.2.SARAN
Untuk mendapatkan hasil yang memuaskan dalam masalah kesehatan, disarankan dilakukan dahulu analisis kebijakan kesehatan. Dengan demikian, dapat memberikan keputusan yang fokus pada masalah yang akan diselesaikan.
Dasar – dasar membuat kebijakan kesehatan
Das
a
r
–
Das
a
r Anal
isis
Kebij
a
ks
anaan Kese
hat
a
n
SU
RY
A U
T
AMA
Fak
u
lt
as K
e
seh
a
ta
n
Masy
ar
ak
a
t
U
n
iv
e
r
s
i
tas
S
u
m
a
te
ra
U
t
a
r
a
1. PENDAHULUAN
1.1 Pen
g
er
tian
An
alis
is K
e
bijak
a
n
K
e
seh
a
t
a
n
,
t
e
rdiri
da
ri 3
kata yang m
e
ngandung
arti atau
dimensi yang luas,
yaitu analisa atau
anal
i
s
i
s
, kebi
jakan,
dan kese
hat
a
n.
Analisa ata
u
analisis,
adal
ah penyelid
ikan terhadap
sua
t
u peristiwa (sepert
i
karangan, perbuatan, kejadian
atau peri
stiwa) untuk menget
ahui keadaan yang
sebenarnya
, sebab m
u
sabab atau
duduk
perkaranya (Balai Pustaka
,
1991).
Kebijakan adalah rangkaian dan asas
yang
menjadi
gari
s besar
dan dasar
rencana da
lam pelaksanaan sua
t
u pekerj
aan kepemimpinan, dan cara bertindak
(tentag organisasi, atau pemerintah);
pernya
taan cita-cita, tuju
a
n
, prinsip, a
t
au
maksud se
bagai garis
pedoman
untuk ma
najemen dalam usaha
mencapai sasaran
tertentu
. Contoh: kebi
jakan kebu
dayaan, ad
al
ah rangkai
a
n konsep dan asas yang
menjadi ga
ris besar
r
e
ncana ata
u
aktifi
tas suatu
nega
ra untu
k
mengembangka
n
kebudayaa
n
bangsa
nya
.
Kebijakan Kepend
udukan, adalah ko
ns
ep d
a
n garis be
sar
rencana s
u
atu pemeri
ntah
u
n
tu
k
mengatur a
t
au menga
w
asi
pertu
m
buha
n pe
ndud
uk
dan dinamika pend
ud
uk dalam ne
garanya (B
ala
i
Pusta
k
a, 1991).
Kebijakan berbeda makna deng
an Ke
bijaksanaan. Menurut Ka
mus Besar
Bahasa Indonesia (Bala
i
Pusta
k
a, 1991)
, kebijaksa
n
aan adalah kepand
aian
seseorang menggunakan akal budinya (ber
dasar pengalaman dan pangetahuannya);
atau keca
ka
pan bertindak apabila menghadapi kesulitan.
Menur
ut U
U
RI No. 23, tahun 1
991, ta
nta
n
g kesehatan, kaseha
tan adalah
keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan
sosi
al
yang memung
ki
nka
n
seti
ap orang
hidup produktif secara soia
l dan ekonomi
(RI, 1992). Pengertian ini c
e
nderung ti
dak
berbeda dengan yang
dikembangkan oleh
WHO, yaitu: kesehata
n adalah suatu
kaadaan ya
ng sempur
na yang m
e
ncakup
fi
s
i
k, mental
, kesejahteraan dan bukan
hanya
terbebasnya
dari
penyaki
t
a
t
au kecacata
n.
1.2. D
e
fi
ni
si
P
a
ra ah
li t
e
lah
men
d
ef
in
isik
an
k
e
bijak
a
n
n
e
gara y
a
n
g
relat
i
f
berbeda-
beda,
namun
s
u
bs
tansi
dari
masi
ng-m
asing definisi kebi
jakan negara relat
i
f tidak berbeda.
Kebijakan negara, adalah
serangkai
a
n ti
n
d
akan
yan
g
di
tetapk
an dan
dilaksanakan ata
u
tidak dilaksanakan pe
me
rintah ya
ng mempunyai tujua
n
atau
berorientasi pada tujuan tertentu demi
kepenti
n
gan se
l
u
ruh rakya
t (Lass
w
el
and
Kaplan, 197
0).
Menur
ut Islamy (1988) yang mengutip
glos
sary administrasi neg
a
ra, arti
kebi
jakan negara adal
ah: (1) Sus
una
n ra
ncangan tujua
n
dan dasar pertimban
g
an
program pemerintah
yang berhubunga
n
de
ngan masal
a
h tertent
u
yang di
ha
dapi
masyarakat, (2) apapun ya
ng pem
e
rintah un
t
u
k mel
a
kuk
a
n atau
ti
dak di
l
a
kukan
,
(3)
masalah
y
a
n
g
k
o
mpleks y
a
ng din
y
at
ak
an
dan dipecahkan ol
eh pemer
i
ntah.
Pengerti
an
kebi
jakan negara di
atas
mempunyai
i
m
pl
ikasi
: (1) k
e
bi
jakan
negara bent
ukn
y
a beru
pa penetap
a
n ti
ndak
a
n
pemeri
ntah; (2)
kebi
jakan ti
dak c
u
ku
p
hanya di
ny
atakan tet
a
pi
harus di
laksanakan dal
a
m bentuk
y
a
ng nya
t
a;
(3)
kebijakan negara ba
ik dilaksanakan atau
ti
dak, hal
i
n
i mempuny
ai
dan di
landasi
dengan maksud t
u
ju
an tertent
u
; dan (4
) kebi
jakan negara harus sena
nti
a
sa
ditujukan b
a
gi kepentingan
seluruh anggota
masyarakat.
Hal yang perlu ditegaska
n
e
-
U
S
U
R
e
po
s
i
tory ©2004 U
n
i
v
e
r
s
i
t
a
s
Sum
a
te
ra U
t
ara
1
adalah tugas administrator publik buka
n me
mbuat
kebi
jakan nega
ra “atas
na
ma”
kepentinga
n publik, tetapi benar-benar
bert
ujuan
unt
u
k
mengata
s
i
masal
a
h dan
memenuhi
kei
n
gi
nan s
e
rta tunt
uta
n
sel
u
ruh a
n
ggota mas
y
arakat (Isl
amy, 1988)
.
Analis
is Kebijakan Negara, adalah pe
nggunaan berbagai metode
penelit
ia
n
dan arg
u
men
unt
uk
menghasi
l
k
an
dan memi
ndahkan
i
n
fo
rmasi
yang
rel
e
van dengan
kebijakan sehingga dapat di
manfa
a
tkan di
ti
ng
kat pol
i
t
i
k
d
a
lam rangka memecahkan
masalah kebijaka
n (Dunn, 1988).
Berdasarkan definisi diatas, maka
Analisis Kebijakan Negar
a
bidang
kesehatan, dapat dide
finisikan sebagai berikut: Ana
lisis Kebijakan Negara Bidang
Kesehatan adal
ah
pengunaa
n
berbagai metode peneli
t
i
an dan argumen un
t
u
k
menghasi
l
k
an dan me
mi
ndahkan
i
n
formasi
ya
ng rel
e
van dengan ke
bi
jakan sehingga
dapat dimanfaatka
n ditingkat
politik dalam r
a
ngka meme
cahkan m
a
sal
a
h kebi
jakan
kesehatan.
Selaras pes
a
tnya perkembangan
studi
kebijakan negara
, maka berkembang
pu
la ist
i
l
a
h
an
alisis k
e
bijak
a
n
n
e
gara;
at
au
berk
emban
g
ist
ilah
la
in
u
n
t
u
k
an
alis
is
kebi
jakan
negara. Perkembanga
n
i
s
til
a
h
in
i umumnya
didasarkan kepada fokus
anal
i
s
i
s
kebi
jakan negara yang berbeda
beda, atau domi
nannya s
u
at
u metode yang
digunakan.
Istilah lain yang
dapat dikate
gorikan sebagai
analis
is kebijakan negara,
antara l
a
i
n
: (1)
Operati
o
n research,
(2) A
ppl
i
e
d system anal
ysis, (3
) Sy
st
ems
anal
ysi
s
, (4
) Ma
nagement anal
ysi
s
, (5
)
Cost
B
e
nefi
t anal
ysi
s
, (6)
Li
ni
er programing,
(7) Cos
t
Eff
e
cti
v
eness anal
ysi
s
, (8) Compu
t
er si
mul
a
ti
on,
(9) Deci
si
on anal
ysi
s
,
dan
(
10)
Operation
a
l gam
i
n
g
.
Disamping pendekatan di atas, analisis
kebijakan p
u
blik dapat dikembangkan
dari pendekatan alter
n
atif, seper
t
i: (1)
I
n
t
u
i
s
i
,
berdasarkan pet
unj
uk
Tu
han
atau
pengal
aman, (2) Coba
-coba (Tri
al and error)
, unt
uk me
mperoleh umpan bal
i
k
,
(3)
Inkri
mental
, yang di
tu
jukan u
n
t
u
k pena
mbahan, ata
u
menduk
ung
kebi
jakan yang
ada denga
n
memberi
k
an mas
u
k
a
n baru
u
n
tu
k pe
ng
ambil
a
n k
e
bi
jakan yang
bersambung.
1.3 Peru
musan M
a
s
a
lah
Kebij
a
kan
M
a
salah
k
e
bijak
a
n
,
adalah
n
ila
i,
k
e
butuha
n atau
kese
mpatan yang
belum
terpenuhi
,
tetapi
dapat di
i
n
dent
i
f
i
k
asi
k
an
dan di
capai
mel
a
l
u
i
ti
ndakan p
u
bl
i
k
.
Ti
ngkat kep
e
li
kan masal
a
h tergant
ung
pada
ni
l
a
i
dan keb
u
tu
han
apa
yang di
pan
d
ang
paling panting.
Staf puske
s
mas yang
kuat ori
e
ntas
i
materi
al
nya (gaji ti
dak memenuhi
kebut
uha
n)
, cenderung
memandang aspek i
m
balan dari p
u
skesmas s
e
bagai mas
a
lah
mandasar
dari pada orang
yang p
u
ny
a
komitmen pada kualitas pelayanan
kesehatan.
Menur
ut
Dunn (1988) beberapa karakt
eristik masalah pokok dari masalah
kebijakan, adalah:
1). Interdep
ensi
(sali
n
g tergantun
g
), yai
t
u
kebi
jakan suatu
bi
dang (energi
)
seri
ngkali
mempengaruhi
masal
a
h kebi
jakan l
a
i
nny
a (pelayanan kesehatan). Kondisi in
i
menunju
k
k
a
n adanya
si
stem
masal
a
h. Si
stem masal
a
h i
n
i
membutu
h
k
a
n
pendekatan Holistik, satu masalah dengan
y
a
n
g
lain
t
i
da
k
da
pat di
piahkan dan
di
ukur se
nd
i
r
i
a
n.
2)
.
Su
bjek
t
i
f
,
y
a
it
u
k
o
n
d
isi ek
st
ern
a
l y
a
ng meni
mbul
kan masal
a
h diindenti
f
i
k
asi
,
diklas
ifikasi dan dievaluasi
secara selektif. Contoh: Pop
u
lasi udara secara objek
tif
dapat diukur (data).
Data ini menimbulka
n pe
nafsiran ya
ng beraga
m (a.l. gang-
gu
an
k
e
seh
a
t
a
n,
lin
gk
u
n
gan
,
ik
lim,
dl
l)
.
M
u
n
c
u
l
sit
u
asi prob
lem
a
t
i
s,
bu
k
a
n
problem it
u
sen
d
iri.
3).
Artifisia
l
, y
a
itu pada
s
aat diperlukan perub
a
han situ
as
i prob
lemat
i
s, sehingga
dapat meni
mbul
kan m
a
sal
a
h kebi
jakan.
e
-
U
S
U
R
e
po
s
i
tory ©2004 U
n
i
v
e
r
s
i
t
a
s
Sum
a
te
ra U
t
ara
2
4).
Di
nami
s, yai
t
u masalah dan pe
mecaha
nnya berada p
a
da suasana perubahan
yang terus
menerus. Pemecahan
masal
a
h justru dapa
t
memuncul
kan masal
a
h
baru, yang
membutu
h
k
a
n
pe
mecah
a
n masal
a
h
l
a
njutan.
5).
Ti
dak terduga, yai
t
u masal
a
h yang mu
n
c
ul
di
l
u
ar jangka
uan k
e
bi
jakan dan
sistem masalah kebijak
a
n.
1.4 T
u
juan
Secara u
m
um t
u
ju
an
an
alis
is k
e
bij
a
k
a
n negar
a
adal
ah menyedi
a
kan i
n
formasi
unt
uk para
pengambi
lan kebi
jakan yang
digunaka
n sebagai
pedoman pemecahan
masalah kebijakan secara prak
tis. Tujuan a
n
alisa kebija
ka
n juga m
e
liputi evaluas
i
kebijakan dan anjura
n
ke
bijakan (Dunn, 1988
).
Selaras tujuan di ata
s
, dapat di
simp
ul
kan anal
i
s
i
s
kebi
jakan ti
dak han
y
a
sek
e
dar men
g
h
a
silk
an
fak
t
a,
t
e
t
a
pi ju
ga men
g
h
a
silk
an
in
formasi men
g
en
gai n
ila
i dan
arah tindakan ya
ng lebih baik.
2. PENDE
K
AT
AN AN
A
L
ISIS
KEB
I
JA
KAN
Upaya unt
uk mengha
si
l
k
i
n
formasi
da
n argumen, analis kebijakan dapat
menggunakan beberapa pendekatan, yaitu:
pendekata
n
Empiri
s, Evaluatif, dan
Normatif (Dunn, 19
88).
1).
Pendekata
n
Empiris, memusatkan
perh
at
ian
pada masalah
pok
o
k
,
yait
u
apak
ah
sesuatu
i
t
u ada (m
enyang
kut
fakta)
.
Pendekatan ini lebih
menekankan
penjelasan sebab a
k
ibat dari kebija
k
a
n
pu
blik
.
C
o
n
t
oh
,
An
alis
is dapat
menjelaska
n atau
merama
lkan pembel
anjaan ne
gara unt
u
k
kesehat
a
n,
pen
d
idik
an
,
t
r
an
sport
a
si.
J
e
n
i
s in
f
o
rmas
i yang
dihasilkan adalah Pena
ndaan.
2).
Pendekata
n
evaluatif, memusatkan
perhatian pada
masalah p
o
kok, yaitu
berkai
tan dengan pe
nent
uan
ha
rga atau
n
i
lai
(beberapa ni
l
a
i
sesuatu
)
dari
beberapa kebijakan. Jenis in
f
o
rm
asi y
a
n
g
di
h
a
silk
an
be
rsifat Evaluatif. Conto
h
:
set
e
lah
me
n
e
rima
in
f
o
rmasi berb
agai ma
cam kebi
jakan KIA -
KB, anal
i
s
dapat
mengeval
uasi
bermacam cara untuk mend
istribu
s
ik
an
biay
a,
alat,
atau obat-
obatan menurut etika
d
a
n ko
nseku
e
nsi
n
ya.
3).
Pendekata
n
normati
f
,
memusatkan per
h
atian pada
masalah pokok,
yaitu
Ti
ndakan a
p
a yang
se
mesti
n
ya di
l
a
kukan
.
P
e
ngus
ul
an
arah ti
ndakan ya
ng da
pat
memecahkan masalah problem ke
bijakan,
merupakan i
n
t
i
pendekatan normati
f
.
Jenis informasi bersifat anjura
n atau
rekomendasi
.
Con
t
oh:
peni
ngkata
n
pembayaran pasien puskesmas (dar
i Rp.300 menjadi Rp.1000) merupakan
jawaban untuk mengatasi rendahnya ku
alitas pelayanan di
puskesm
a
s.
Peni
ngkata
n i
n
i
cender
ung
ti
dak m
e
mberatkan masyaraka
t
.
Keti
ga pend
ekatan di
a
t
as meng
hendak
i suatu kegiatan p
e
nelit
ian dan dapat
memanfaatkan berbagai pendekatan lintas disi
pli
n
il
mu
yang rel
e
van. Adapu
n
model
panel
i
t
i
a
n y
a
ng l
a
zi
m di
guna
kan ad
al
ah penel
i
t
ian operasional, terapan atau
praktis.
Pembuatan
i
n
formasi
y
a
ng sel
a
ras kebi
jakan (bai
k yang
bersi
f
at penandaan,
eval
uati
f, d
a
n anjura
n
)
har
u
s di
h
a
si
l
k
an dari pengg
una
an prosedu
r
anal
i
s
i
s
y
a
ng
jel
as (metode peneli
ti
an). Me
nur
ut
Dun
n (
198
8), dalam
Analis
is Kebijakan, metode
anal
i
s
i
s
umum ya
ng da
pat di
guna
k
a
n, a
n
tara l
a
i
n
:
1)
.
M
e
t
o
de pelipu
t
an
(
d
esk
r
ipsi)
,
memun
g
k
i
n
k
an
an
alis men
g
h
a
silk
an
in
f
o
rmas
i
mengenai sebab akibat ke
bijakan
di masa lalu
.
2)
.
M
e
t
o
de peramalan
(
p
redik
s
i)
,
memu
n
g
k
i
n
k
an an
alis men
g
h
a
silk
an
in
f
o
rmas
i
mengenai akibat kebija
kan di masa
depan.
3).
Metode eval
uasi
, pembuatan i
n
for
m
asi
mengenai
nil
a
i
atau harga di
masa l
a
lu
dan masa d
a
tang.
e
-
U
S
U
R
e
po
s
i
tory ©2004 U
n
i
v
e
r
s
i
t
a
s
Sum
a
te
ra U
t
ara
3
4)
.
M
e
t
o
de
rek
o
men
d
asi (
P
resk
rip
s
i)
,
memu
n
g
k
i
n
k
an
anal
is men
g
h
a
silk
an
in
f
o
rmasi
mengenai
kemungki
na
n arah ti
nd
akan di
masa datang a
k
an meni
mbul
kan aki
b
at
yang berni
l
ai
.
Metode analisis kebijakan dikembangk
an
(hasi
l
modi
fi
kasi
) dari
metode
an
alis
is u
m
u
m
y
a
n
g
laz
i
m dipak
a
i da
lam
k
e
giat
an
pe
n
e
lit
ian
i
l
m
u
sosial.
M
o
de
l
modifikasi
metode analisis umum menj
adi metode
analis
is kebijakan dapat
digambarkan (Gambar
1).
Gambar 1.
M
o
dif
i
k
a
si M
e
t
o
de An
alis
is Umu
m
men
j
adi M
e
t
o
de An
alisi
s
k
e
bijak
a
n
METO
DE
AN
ALISIS UMU
M
M
E
TO
DE
ANALISI
S
K
E
BIJAKA
N
Peru
musan
Mas
a
l
a
h
Deskri
psi
Pel
i
p
utan
(moni
t
ori
n
g)
Predi
k
si
Peramal
a
n (forecasti
ng)
Eval
uasi
Eval
uasi
(eval
u
ati
o
n)
Preskri
p
si
Reko
mendasi
(recommendati
o
n)
(petu
n
juk)
Peny
i
m
pul
a
n Prakti
s
(
P
rac
t
i
c
al
i
n
feren
c
e)
Penyi
m
pul
a
n prakti
s, d
i
tujukan
un
tuk me
nca
p
ai
kesimpulan yang l
e
bi
h dekat
agar masalah kebi
jakan dapa
t
di
pecahkan.
Kata Pra
k
ti
s,
lebih d
i
tekankan
pada
dekatnya
h
u
bu
ngan
k
e
si
mpul
an yang di
ambi
l
dengan ni
l
a
i
dan norma sosi
al
.
Pengerti
an
i
n
i
lebi
h di
tujuka
n u
n
t
u
k me
njaw
ab
kesal
a
h pahaman mengenai
makna
Rekomendasi
yang seri
ng di
art
i
kan pada
i
n
formasi yang kurang operasi
o
nal
atau
kurang
prak
ti
s, masi
h jauh
dari
fen
o
mena yan
g
sesu
ngg
u
hnya
.
Bi
la met
o
d
e
an
al
isis
k
e
bijak
a
n
dik
a
i
t
kan dengan
pendekatan
empi
ri
s,
evaluatif, dan anjuran, maka metode an
alis
is
kebijakan dapat disus
un menjadi 3
jenjang (gambar 2),
yaitu:
1). Pendeka
t
an modus
operandi, dapat meng
hasilk
an
in
f
o
rmasi dan
a
r
gu
men
dengan
memanfaat
kan 3
jenjang metode
anal
i
s
i
s
, yai
t
u perum
u
s
a
n masal
a
h, pel
i
p
utan,
dan peramalan, dan rekomendasi.
2).
Pendeka
t
an mod
u
s
eval
uati
f, d
a
pat meng
h
a
si
l
k
an i
n
formasi
dan a
r
gumen de
n
g
an
memanfaat
kan 4
jenjang metode
anal
i
s
i
s
, yai
t
u perum
u
s
a
n masal
a
h, pel
i
p
utan,
peramal
a
n, dan rekomendasi
.
Gambar 2.
Jenjang
Metode Analisis
Kebijakan
e
-
U
S
U
R
e
po
s
i
tory ©2004 U
n
i
v
e
r
s
i
t
a
s
Sum
a
te
ra U
t
ara
4
3).
Pendekata
n
modus anjuran, dapat me
nghasi
lkan i
n
formasi
dan argumen dengan
meman
f
aatk
a
n
selu
ruh (
6
)
jen
jang met
o
de an
alis
is,
y
a
it
u
peru
musan
masalah
,
peli
putan,
p
e
ramalan, r
e
komendas
i, dan peyimpulan prakti
s.
3. A
R
GUM
E
N KEBIJ
A
KAN
An
alis
is k
e
bijak
a
n
t
i
dak
h
a
n
y
a
sekeda
r menghi
mpun dat
a
dan men
g
hasi
l
k
an
in
f
o
rmasi.
An
alis
is k
e
bijak
a
n
ju
ga
harus memanfaatkan
atau memeindahkan
informasi sebagai bagian dari argumen ya
ng bernalar mengenai
kebijakan publik
untuk mencari solusi masalah
kebijaka
n publik. Menurut Dunn (1988) struktur
argumen kebijakan
mengga
mbarkan ba
gaimana analis kebijakan dapat
menggu
nak
a
n al
asan dan bukt
i
yang
menu
ntu
n
ke
pada pemecahan masal
a
h
kebi
jakan (
G
ambar 3).
Gambar 3.
Struktur Ar
gumen
Kebijakan
Berdasarkan str
u
ktur
argumen di at
as,
dapat diketahui bahwa seorang
anal
i
s
i
s
kebi
jakan dapat menempuh l
a
ngka
h yang be
nar, denga
n
memanfa
a
tkan
i
n
formasi
dan berbagai
metode menuju
ke
pada pemecahan masalah kebijakan; dan
ti
dak seked
a
r membenarkan al
tern
ati
f
kebi
jakan ya
ng di
s
u
kai
.
4. BENTU
K
ANALI
S
IS
KEBIJ
A
K
A
N
An
alis
is k
e
bijak
a
n
t
e
r
d
iri
dar
i
b
e
be
rapa bentuk, ya
ng
dapat dip
i
lih dan
di
gunakan
.
Pi
li
han bentu
k
anal
i
s
is yang
tep
a
t, menghe
ndaki
pemahaman masal
a
h
secara mendalam, sebab kondisi masala
h
yang cend
erung men
e
ntuka
n
bentu
k
an
alis
is y
a
ng digu
n
a
k
a
n
.
Berdasarkan penda
p
at para ahli (Dun
n, 1988
; Moekijat,
1995; Wa
hab, 1991)
dapat diuraikan bebera
pa be
nt
uk
anal
i
s
i
s
kebi
jakan ya
ng
l
a
zi
m di
gunakan.
e
-
U
S
U
R
e
po
s
i
tory ©2004 U
n
i
v
e
r
s
i
t
a
s
Sum
a
te
ra U
t
ara
5
1)
.
An
alis
is K
e
bijak
a
n
P
r
ospek
t
if
.
Ben
t
u
k an
alisis
in
i be
ru
pa pen
c
ipt
aan
dan
pemindahan informasi
sebelu
m tindakan
kebijakan dite
ntukan dan dilaksanakan.
Menur
ut
Wiliam (1971), ciri analisis
ini
adalah: (1) mengab
ung
kan informasi dari
berbagai a
l
ternatif yang tersedia, ya
ng dap
a
t dipilih dan dibandingka
n
; (2)
di
ramal
k
an secara kuanti
tati
f
dan
kual
i
t
ati
f
unt
uk
pedoman pembuatan
keput
u
san
kebi
jakan;
dan (3
) sec
a
ra ko
nsept
u
al
ti
dak te
rmasuk pe
n
g
umpul
a
n
in
f
o
rmasi.
(
2
)
.
An
alis
is K
e
bijak
a
n
re
st
ropek
t
if
(
A
K
R
).
Ben
t
u
k
an
alisis in
i se
la
ras den
g
an
deskri
psi
penel
i
t
i
a
n, dengan t
u
ju
anny
a adalah penciptaan dan pemindahan
in
f
o
rmasi set
e
lah
t
i
n
d
ak
an
k
e
bij
a
k
a
n
diambil.
Bebera
p
a an
alisis
k
e
bijak
a
n
restropektif, adalah:
a)
.
An
alis
is be
rorien
t
a
si
D
i
sipl
in
,
le
bih terfokus pada pengembanga
n
dan
pengujian teori dasar dalam dis
i
plin
kei
l
m
uan, da
n menjel
askan sebab
aki
b
at kebijakan. Con
t
oh: Upaya
pe
ncari
a
n teori dan konsep keb
u
tu
han
serta kepuasan tenaga
kesehatan di
Indonesia, dapat me
mberi kontri
busi
pada penge
m
bangan
manajemen SDM orig
in
al bercir
i In
don
e
sia (
k
u
lt
u
r
al)
.
Ori
e
ntasi
pada tujuan d
a
n sasaran kebi
jakan tidak terl
al
u domi
nan. D
e
ngan
demi
ki
an,
ji
ka di
tetapkan u
n
t
u
k da
sar kebi
jakan
memerl
ukan kaji
an
tambahan agar lebih operasiona
l.
b)
.
An
alis
i ber
i
en
t
a
si masalah
,
men
i
ti
kberatkan pada aspek hub
unga
n
sebab
akibat dari kebijakan, bersifat te
rapan, na
mun masi
h
bersi
f
at u
m
um.
Conto
h
:
P
e
ndi
d
i
k
an dapat men
i
ngka
tkan cakupa
n
l
a
yanan kes
e
hatan.
Orien
t
asi t
u
ju
an
bersif
at
u
m
u
m
,
nam
un dapa
t memberi
variabel kebijakan
yang m
ung
ki
n dapat d
i
mani
pul
a
sikan
unt
uk
mencapai
tujuan dan sasaran
khu
s
us
, sep
e
rti
meni
ngkatn
ya kual
i
t
as
kesehatan gi
gi
anak sekol
a
h mel
a
l
u
i
peni
ngkata
n program
UKS ol
eh p
u
skesmas.
c)
.
An
alis
is ber
i
or
ien
t
asi p
e
n
e
rapan
,
menjel
askan hub
un
gan kausal
i
t
as, l
e
bi
h
tajam untu
k
mengi
d
enti
fi
kasi
tujuan
dan sas
a
ran dari
k
e
bijakan dan para
pel
a
kunya. Informasi
yang
di
hasi
l
k
an
dapat di
guna
kan un
tuk
me
ngev
al
uasi
hasi
l
kebijakan k
hus
us, merum
u
ska
n
mas
a
l
a
h kebi
jakan, mem
b
angu
n
al
ternati
f
kebi
jakan yang bar
u
, d
a
n mengar
ah pada pe
mecahan m
a
sal
a
h
praktis. Co
ntoh: analis dapat memp
erhi
tun
g
kan berb
agai
faktor yang
mempengaruhi keberha
s
ilan atau kega
gal
a
n pel
a
yanan KIA di
Pus
k
esmas.
Informasi yang diperoleh dapat di
gunakan sebagai
dasar pemecahan
masalah kebijakan KIA
di puskesm
a
s.
3)
.
An
alis
is K
e
bijak
a
n
T
e
rpadu
.
Bent
u
k an
alisi
s
in
i bersi
f
at
k
o
n
p
reh
e
n
s
if
dan
k
o
n
t
in
yu
,
men
g
h
a
silk
an
dan memin
d
ah
k
a
n in
f
o
rmasi gabu
n
g
an
baik
sebelu
m
maupu
n
s
e
sudah
ti
ndakan keb
i
jakan di
lakuka
n.
Me
nggabu
ng
k
a
n bent
uk
prospek
t
if
dan
rest
ropek
t
if
,
sert
a secara ajeg
men
g
h
a
silk
an
in
f
o
rmasi dar
i
w
a
k
t
u
k
e
w
a
kt
u dan
bersif
at
mu
lt
idisp
lin
er.
Ben
t
u
k
an
alisis k
e
b
i
jak
a
n
di at
as,
men
g
h
a
silk
an
jen
is k
e
pu
tu
san
y
a
n
g
relat
i
f
berbeda yang, bila d
i
tinjau dari pendek
atan teori
keput
u
san (t
eori keputusan
deksriptif dan normatif), ya
ng
dap
a
t diuraikan sebagai berikut:
1)
.
T
e
ori Kepu
t
u
san
Desk
rif
i
f
,
bagian
dari a
n
alis
is ret
r
ospek
t
if
,
men
d
esk
r
ipsi
k
a
n
ti
ndakan d
e
ngan fok
u
s menjelaskan hu
bungan kausal tindakan kebijakan,
setel
a
h kebi
jakan terjadi
.
Tujuan
utam
a keputusan a
d
alah memahami prob
lem
kebijakan, diarahkan pada
pemecahan mas
a
l
a
h, namu
n kuran
g
pada usaha
pemecahan masal
a
h.
2)
.
T
e
ori Kepu
t
u
san
Normat
if
,
memberi dasa
r u
n
t
u
k memperbaik
i a
k
ibat
t
i
n
d
akan
,
menjadi bagian dari
metode prospektif
(peramalan ata
u
rekomendasi), leb
i
h
di
tujukan
p
a
da usa
h
a p
e
mecahan
masal
a
h
yang bersi
f
at
prakti
s dan
l
a
ngsung
.
e
-
U
S
U
R
e
po
s
i
tory ©2004 U
n
i
v
e
r
s
i
t
a
s
Sum
a
te
ra U
t
ara
6
Merencanakan kebijakan kesehatan
.Kesehatan dan Keselamatan kerja
Adalah keselamatan dan kesehatan yang berhubungan erat dengan mesin, peralatan kerja, bahan dan proses pengolahan, landasan kerja serta lingkungan serta cara-cara melakukan pekerjaan. Sasaran program K3 (keselamatan dan Kesehatan Kerja) segala tempat kerja, baik di datar, di dalam tanah, permukaan air, maupun dalam air. Tempat tempat kerja tersebar pada segenap kegiatan ekonomi seperti pertanian, industri, pertambangan, perhubungan, pekerjaan umum, jasa ,dll.
b. Tempat kerja
Tempat kerja adalah setiap ruangan atau lapangan tertutup atau terbuka, bergerak/tetap dimana tenaga kerja bekerja, atau yang sering di masuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dimana terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya baik di darat, dalam tanah, permukaan aiq, di dalam air maupun di udara yang menjadi kewenangan suatu badan usaha atau perusahaan dalam bidang pertanian maka di sebut tempat kerja, tempat kerja adalah tempat dimana kegiatan Bisa di laksanakan. Dalam hal ini termasuk labolatorium, bengkel pertanian , lapangan.
c. Perusahaan adalah setiap bentuk usaha yng mempekerjakn pekerja dengan tujuan untuk mencari laba atau tidak, baik milik swasta atau negara.
d. Tenaga kerja
adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan baik di dalam atau di luar hubungan kerja guna menghaslkan barang atau jasa untuk memenuhi standar kebutuhan masyarakat.
e. Tujuan dan Sasaran k3
adalah untuk menciptakan suatu sistem untuk menciptakan k3 di tempat kerja dengan melibatkan semua unsur-unsur yang terdapat dalam suatu instansi atau perusahaan dimana kegiatan kerja di lakukan. Sedangkan sasaran dan keselamatn kerja adalah semua personil dari suatu instansi atau perusahaan termasuk di dalamnya adalah pihak meneger kerja dan orang-orang yang terkait dengan kegiatan perusahaan tersebut.
f. Prosedur K3
menurut peraturan mentri tenaga kerja no: per.05/MEN/1996 tentang sistem k3 dalam pasal 2.2 ayat (1) menyatakan bahwa setiap perusahaan yang mempekerjakan tnaga kerja sebanyak 100 orang atau lebih dan atau mengandung potensi bahaya yang di timbulkan oleh karaktristik proses bahan produksi yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja gara-gara seperti peledakan, kebakaran, pencemaran dan penyakit dan akibt kerja wajib menerapkan sistem menegemen k3.
Ayat (2) sistem menegemen k3 wajib dilaksanakan oleh pengurus, pengusaha dan seluruh tenaga kerja sebagai satu ke satuan.
g. Menerapkn prosedur k3
setiap perusahaan wajib melaksanakan ketentuan sebagai berikut:
- menerapkan kebijakan k3 dan menjamin komitmen terhadap penerapan sistem menegemen k3.
- merencanakan pemenuhan kebijakan , tujuan dan sasaran penerapan k3.
- menerapkan kebijakan k3 serta efektif dengan mengembangkan kemampuan dan mekanisme pendukung yang di perlukan mencapai kebijakan , tujuan, dan sasarn k3.
- mengukur, memantau dan mengefaluasi kinerja k3 serta melakukan tindakan perbaikan dan pencegahan.
- meninjau secara teratur dan meningkatkan pelaksanaan sistem k3 secara berkesinambungan dgn tujuan meningktkan kinerja k3.
2.PROSEDUR DITEMPAT KERJA DAN INTRUKSI2 BEKERJA UNTUK MENGENDALIKAN RESIKO, DI IKUTI DENGAN TAAT AZAS
Prosedur dan intruksi yang harus di lakukan dengan melaksanakan pekerjaan, kecelakaan bisa saja terjadi, untuk menghindari dan meminimalkan terjadinya kecelakaan perlu di buat intruksi-intruksi kerja yang di buat di sesuaikan dengan keadaan peralatan yang di pakai. Ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh perusahaan untuk menghindari terjadinya kecelakaan kerja antara lain:
a. Pada setiap labolaturium atau bengkel ruangan di buatkan tata tertib yang harus di penuhi semua orang yang akan masuk ke dalam lab atau ruangan. Di dalam tata tertib tersebut perlu di jelaskan hal-hal yang harus di lakukan dan tidak boleh di lakukan, serta ancaman sanksi yang akan d kenakan jika melanggar tata tertib.
b. Setiap alat yang di operasikan dengan menggunakan mesin harus di buatkan intruksi kerjanya, intruksi kerja tersebut langsug di tempelkan pada alat atau tempat-tempat tertentu sedemikian rupa. Sehingga setiap operator alat yang akan menggunakan alat tersebut harus membaca petunjuk pengoprasian alat. Hal ini untuk menghindari terjadinya kesalahan prosedur dalam pengoprasian alat. Selain itu juga dengan adanya petunjuk pengoprasian maka siapapun yang akan mengoprasikan alat tersebut dapat terhindar dari kecelakaan yang dapat menyebabkan kecelakaan pada operator sendiri atau kerusakan alat.
c. Pada setiap ruangan agar di buatkan poster-poster tentang k3 dan label-label menunjukan bahaya kecelakaan yang mungkin saja terjadi. Pembuatan label dan poster tersebut harus di buat sedemikian rupa sehingga mudah di baca setiap orang. Sedangkan Untuk bagan-bagan berbahaya seperti kimia, pestisida dan yang lainnya pemasangan label dan tanda dengan menggunakan lambang atau tulisan peringatan pada wadah adalah suatu tindakan pecegahan yang sangat penting. Aneka label dan pemberitaan tanda diberikan dengan sifat-sifat bahan yang ada, beberapa label dan pemberian tanda dapat di pakai dengan menggunakan lambang yang sudah di ketahui secara umum.
Trends dan Issues kebijakan kesehatan indonesia
TREN DAN ISSUE LEGAL DALAM KEPERAWATAN PROFESIONAL
Di Susun Oleh:
Eka Ari Kiswanto 2 A (08.40.009)
karisma alif 2 A (08.40.018)
yeni 2 A (08.40.048)
hadori 2 a (o8.40.013)
pembimbing:
ERFANDY Skep,ners
TREN DAN ISSUE LEGAL DALAM KEPERAWATAN PROFESIONAL
BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Keperawatan sebagai profesi dituntut untuk mengembangkan keilmuannya sebagai wujud kepeduliannya dalam meningkatkan kesejahteraan umat manusia baik dalam tingkatan preklinik maupun klinik. Untuk dapat mengembangkan keilmuannya maka keperawatan dituntut untuk peka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungannya setiap saat.
Keperawatan medikal bedah sebagai cabang ilmu keperawatan juga tidak terlepas dari adanya berbagai perubahan tersebut, seperti teknologi alat kesehatan, variasi jenis penyakit dan teknik intervensi keperawatan. Adanya berbagai perubahan yang terjadi akan menimbulkan berbagai trend dan isu yang menuntut peningkatan pelayanan asuhan keperawatan.
Berdasarkan fenomena diatas, penulis tertarik untuk membahas Trend dan Isu Keperawatan Medikal Bedah serta Implikasinya terhadap Perawat di Indonesia.
1.2 Tujuan
Mengidentifikasi trend dalam keperawatan medikal bedah di Indonesia
Mengidentifikasi isu dalam keperawatan medikal bedah di Indonesia
Mengetahui implikasi trend dan isu keperawatan medikal bedah terhadap perawat di Indonesia
1.3 Manfaat
Meningkatkan pemahaman perawat terhadap perkembangan trend dan isu keperawatan medikal bedah di Indonesia
Sebagai dasar dalam mengembangkan ilmu keperawatan medikal bedah
Mengetahui keterkaitan keperawatan medikal bedah dengan trend dan isu yang berkembang dalam bidang kesehatan
Sebagai landasan dalam melakukan penelitian baik klinik dan preklinik
BAB II
PEMBAHASAN
ISU ASPEK LEGAL
Telenursing akan berkaitan dengan isu aspek legal, peraturan etik dan kerahasiaan pasien sama seperti telehealth secara keseluruhan. Di banyak negara, dan di beberapa negara bagian di Amerika Serikat khususnya praktek telenursing dilarang (perawat yang online sebagai koordinator harus memiliki lisensi di setiap resindesi negara bagian dan pasien yang menerima telecare harus bersifat lokal) guna menghindari malpraktek perawat antar negara bagian. Isu legal aspek seperti akontabilitas dan malprakatek, dsb dalam kaitan telenursing masih dalam perdebatan dan sulit pemecahannya.
Dalam memberikan asuhan keperawatan secara jarak jauh maka diperlukan kebijakan umum kesehatan (terintegrasi) yang mengatur praktek, SOP/standar operasi prosedur, etik dan profesionalisme, keamanan, kerahasiaan pasien dan jaminan informasi yang diberikan. Kegiatan telenursing mesti terintegrasi dengan startegi dan kebijakan pengembangan praktek keperawatan, penyediaan pelayanan asuhan keperawatan, dan sistem pendidikan dan pelatihan keperawatan yang menggunakan model informasi kesehatan/berbasis internet.
Perawat memiliki komitmen menyeluruh tentang perlunya mempertahankan privasi dan kerahasiaan pasien sesuai kode etik keperawatan. Beberapa hal terkait dengan isu ini, yang secara fundamental mesti dilakukan dalam penerapan tehnologi dalam bidang kesehatan dalam merawat pasien adalah :
Jaminan kerahasiaan dan jaminan pelayanan dari informasi kesehatan yang diberikan harus tetap terjaga
Pasien yang mendapatkan intervensi melalui telehealth harus diinformasikan potensial resiko (seperti keterbatasan jaminan kerahasiaan informasi, melalui internet atau telepon) dan keuntungannya
Diseminasi data pasien seperti identifikasi pasien (suara, gambar) dapat dikontrol dengan membuat informed consent (pernyataan persetujuan) lewat email
Individu yang menyalahgunakan kerahasiaan, keamanan dan peraturan dan penyalah gunaan informasi dapat dikenakan hukuman/legal aspek.
2.1 Trend Keperawatan Medikal Bedah dan Implikasinya di Indonesia
Perkembangan trend keperawatan medikal bedah di Indonesia terjadi dalam berbagai bidang yang meliputi:
A.Definisi
a. Telenursing (Pelayanan Asuhan Keperawatan Jarak Jauh)
Menurut Martono, telenursing (pelayanan asuhan keperawatan jarak jauh) adalah upaya penggunaan tehnologi informasi dalam memberikan pelayanan keperawatan dalam bagian pelayanan kesehatan dimana ada jarak secara fisik yang jauh antara perawat dan pasien, atau antara beberapa perawat. Keuntungan dari teknologi ini yaitu mengurangi biaya kesehatan, jangkauan tanpa batas akan layanan kesehatan, mengurangi kunjungan dan masa hari rawat, meningkatkan pelayanan pasien sakit kronis, mengembangkan model pendidikan keperawatan berbasis multimedia (Britton, Keehner, Still & Walden 1999). Tetapi sistem ini justru akan mengurangi intensitas interaksi antara perawat dan klien dalam menjalin hubungan terapieutik sehingga konsep perawatan secara holistik akan sedikit tersentuh oleh ners. Sistem ini baru diterapkan dibeberapa rumah sakit di Indonesia, seperti di Rumah Sakit Internasional. Hal ini disebabkan karena kurang meratanya penguasaan teknik informasi oleh tenaga keperawatan serta sarana prasarana yang masih belum memadai.
b.Definisi :
b.1. Telenursing (pelayanan Asuhan keperawatan jarak jauh) adalah penggunaan tehnologi komunikasi dalam keperawatan untuk memenuhi asuhan keperawatan kepada klien. Yang menggunakan saluran elektromagnetik (gelombang magnetik, radio dan optik) dalam menstransmisikan signal komunikasi suara, data dan video. Atau dapat pula di definisikan sebagai komunikasi jarak jauh, menggunakan transmisi elektrik dan optik, antar manusia dan atau komputer 4)
b.2 Telenursing (pelayanan asuhan keperawatan jarak jauh) adalah upaya penggunaan tehnologi informasi dalam memberikan pelayanan keperawatan dalam bagian pelayanan kesehatan dimana ada jarak secara fisik yang jauh antara perawat dan pasien, atau antara beberapa perawat. Sebagai bagian dari telehealth, dan beberapa bagian terkait dengan aplikasi bidang medis dan non-medis, seperti telediagnosis, telekonsultasi dan telemonitoring. 5)
b.3. Telenursing is defined as the practice of nursing over distance using telecommunications technology (National Council of State Boards of Nursing). 6)
b.4. Telenursing diartikan sebagai pemakaian telekomunikasi untuk memberikan informasi dan pelayanan keperawatan jarak-jauh. Aplikasinya saat ini, menggunakan teknologi satelit untuk menyiarkan konsultasi antara fasilitas-fasilitas kesehatan di dua negara dan memakai peralatan video conference (bagian integral dari telemedicine atau telehealth)7)
B.Bagaimana aplikasi dan keuntungan telenursing
Aplikasi telenursing tersedia di rumah, rumah sakit, melalui telenursing centre dan melalui unit mobile. Telepon triage dan home care saat ini merupakan aplikasi yang tumbuh yang paling cepat. Perawat home care menggunakan sistem yang memberikan ijin untuk melakukan monitoring parameter fisiologi di rumah, seperti tekanan darah, glukosa darah, pernapasan, dan menimbang berat badan, via internet. Melalui sistem video interaktif, pasien menghubungi perawat bertugas dan menyusun suatu konsultasi melalui video untuk menunjukkan permasalahan yang dihadapi; sebagai contoh, bagaimana cara mengganti balutan luka, memberi suntikan hormon insulin atau mendiskusikan peningkatan nafas pendek (sesak nafas). Hal ini sangat membantu orang dewasa dan anak-anak dengan kondisi-kondisi kronis dan macam-macam penyakit yang melemahkan, terutama sekali mereka yang mempunyai cardiopulmonary diseases.
Telenursing membantu pasien dan keluarganya untuk berpartisipasi aktif dalam perawatan, terutama sekali untuk self management pada penyakit kronis. Hal itu memungkinkan perawat untuk menyediakan informasi secara akurat dan tepat waktu dan memberikan dukungan secara langsung (online). Kesinambungan pelayanan ditingkatkan dengan memberi kesempatan kontak yang sering antara penyedia pelayanan kesehatan dan pasien dan keluarga-keluarga merek
Telenursing saat ini semakin berkembang pesat di banyak negara, terkait dengan beberapa faktor seperti mahalnya biaya pelayanan kesehatan, banyak kasus penyakit kronik dan lansia, sulitnya mendapatkan pelayanan kesehatan di daerah terpencil, rural, dan daerah yang penyebaran pelayanan kesehatan belum merata. Dan keuntungannya, telenursing dapat menjadi jalan keluar kurangnya jumlah perawat (terutama di negara maju), mengurangi jarak tempuh, menghemat waktu tempuh menuju pelayanan kesehatan, mengurangi jumlah hari rawat dan jumlah pasien di RS, serta menghambat infeksi nosokomial. 5)
Sama seperti telemedicine yang saat ini berkembang sangat luas yang telah diaplikasikan di Amerika, Yunani, Israel, Jepang, Italia, Denmark , Belanda, Norwegia, Jordania dan India bahkan Malaysia. 7). Telenursing telah lama diaplikasikan di Amerika Serikat, Kanada, Australia dan Inggris. Di Amerika Serikat sendiri ANA (American Nurses Association) dalam dialog nasional telemedicine/telehealth Agustus 1999, telah menganjurkan pengembangan analisa komprehensif penggunaaan telehealth/telemedicine termasuk didalamnya telenursing.
Di Amerika Serikat 36% peningkatan kebutuhan perawat home care dalam 7 tahun mendatang, dapat ditanggulangi oleh telenursing. Sedangkan di Inggris sendiri 15% pasien yang dirawat di rumah (home care) dilaporkan memerlukan tehnologi telekomunikasi, dan sejumlah studi di Eropa memperlihatkan sejumlah besar pasien mendapatkan pelayanan telekomunikasi di rumah dengan telenursing 4). Pasien tirah baring, pasien dengan penyakit kronik seperti COPD/PPOM, DM, gagal jantung kongestif, cacat bawaan, penyakit degeneratif persyarafan (Parkinson, Alzheimer, Amyothropic lateral sclerosis) dll, yang dirawat di rumah dapat berkunjung dan dirawat secara rutin oleh perawat melalui videoconference, internet, videophone, dsb. Atau pasien post op yang memerlukan perawatan luka, ostomi, dan pasien keterbelakangan mental. Yang dalam keadaan normal seorang perawat home care hanya dapat berkunjung maksimal 5 – 7 pasien perhari, maka dengan menggunakan telenursing dapat ditingkatkan menjadi 12 – 16 pasien seharinya 5).
Telenursing dapat mengurangi biaya perawatan, mengurangi hari rawat di RS, peningkatan jumlah cakupan pelayanan keperawatan dalam jumlah yang lebih luas dan merata, dan meningkatkan mutu pelayanan perawatan di rumah (home care). Aplikasi telenursing di Denmark pada perawat yang bekerja di poliklinik (OPD – outpatient) yang mempertahankan kontak dengan pasien melalui telepon, maka jumlah kunjungan ke RS, dan hari rawat berkurang setengahnya. Di Islandia, dengan penduduk yang terpencar, pelayanan asuhan keperawatan berbasis telepon dapat mensuport ibu yang kelelahan dan stress merawat bayinya. Dan beberapa program telenursing dapat membantu mengurangi hipertensi pada ibu bersalin dengan eklamsia. Bahkan di Irlandia utara telenursing untuk perawatan luka diabetik telah menjadi alternatif pelayanan keperawatan untuk pasien penderita diabetik ulcer. 4)
Aplikasi telenursing juga dapat diterapkan dalam model hotline/call centre yang dikelola organisasi keperawatan, untuk melakukan triage pasien, dengan memberikan informasi dan konseling dalam mengatur kunjungan RS dan mengurangi kedatangan pasien di ruang gawat darurat. Telenursing juga dapat digunakan dalam aktifitas penyuluhan kesehatan, telekonsultasi keperawatan, pemeriksaan hasil lab dan uji diagnostik, dan membantu dokter dalam mengimplementasikan protokol penanganan medis.8.)
Telenursing melalui telepon triage dan home care merupakan bentuk aplikasi yang berkembang pesat saat ini. Dalam perawatan pasien di rumah, maka perawat dapat memonitor tanda-tanda vital pasien seperti tekanan darah, gula darah, berat badan, peak flow pernapasan pasien melalui internet. Dengan melakukan video conference, pasien dapat berkonsultasi dalam perawatan luka, injeksi insulin dan penatalaksanaan sesak napas.
Pada akhirnya telenursing dapat meningkatkan partisipasi aktif pasien dan keluarga, terutama dalam manajemen pribadi penyakit kronik. Dapat memberikan pelayanan akurat, cepat dan dukungan online, perawatan yang berkelanjutan dan kontak antara perawat dan pasien yang tidak terbatas.
Menurut Britton, Keehner, Still & Walden 1999 ada beberapa keuntungan telenursing adalah yaitu :
1. Efektif dan efisiensi dari sisi biaya kesehatan, pasien dan keluarga dapat mengurangi kunjungan ke pelayanan kesehatan (dokter praktek, ruang gawat darurat, RS dan nursing home)
2. Dengan sumber daya minimal dapat meningkatkan cakupan dan jangkauan pelayanan keperawatan tanpa batas geografis
3. Telenursing dapat mengurangi jumlah kunjungan dan masa hari rawat di RS
4. Dapat meningkatkan pelayanan untuk pasien kronis, tanpa memerlukan biaya dan meningkatkan pemanfaatan tehnologi
5. Dapat dimanfaatkan dalam bidang pendidikan keperawatan (model distance learning) dan perkembangan riset keperawatan berbasis informatika kesehatan. Telenursing dapat pula digunakan dalam pembelajaran di kampus, video conference, pembelajaran online dan multimedia distance learning. Ketrampilan klinik keperawatan dapat dipelajari dan dipraktekkan melalui model simulasi lewat secara interaktif.
KEUNTUNGAN
Telenursing dapat mengurangi biaya perawatan, mengurangi hari rawat di RS, peningkatan jumlah cakupan pelayanan keperawatan dalam jumlah yang lebih luas dan merata, dan meningkatkan mutu pelayanan perawatan di rumah (home care).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
a. Trend Keperawatan Medikal Bedal Bedah dan Dampaknya di Indonesia.
Beberapa trend yang terjadi dalam Keperawatan Medikal Bedah di Indonesia, diantaranya adalah: telenursing, Prinsip Moisture Balance dalam Perawatan Luka, Pencegahan HIV-AIDS pada Remaja dengan Peer Group, Program sertifikasi perawat keahlian khusus, Hospice Home Care, One Day Care, Klinik HIV, Klinik Rawat Luka, Berdirinya organisasi profesi keperawatan kekhususan, Pengembangan Evidence Based Nursing Practice di Lingkungan Rumah Sakit dalam Lingkup Keperawatan Medikal Bedah. Disadari bahwa semua trend tersebut belum seutuhnya diterapkan dalam pelayanan keperawatan di seluruh Indonesia.
b. Isu dalam Keperawatan Medikal Bedah dan Dampaknya di Indonesia
Beberapa isue yang berkembang dalam Keperawatan Medikal Bedah di Indonesia, antara lain: Pemakaian tap water (air keran) dan betadine yang diencerkan pada luka, Belum ada dokumentasi keperawatan yang baku sehingga setiap institusi rumah sakit mengunakan versi atau modelnya sendiri-sendiri, Prosedur rawat luka adalah kewenangan dokter, Euthanasia: suatu issue kontemporer dalam keperawatan, Pengaturan sistem tenaga kesehatan, Lulusan D3 Keperawatan lebih banyak terserap di Rumah sakit pemerintah dibandingkan S1, dan Peran dan tanggung jawab yang belum ditetapkan sesuai dengan jenjang pendidikan sehingga implikasi di rs antara DIII, S1 dan Spesialis belum jelas terlihat.
3.2 Saran
a. Seluruh perawat agar meningkatkan pemahamannya terhadap berbagai trend dan isu keperawatan medikal bedah di Indonesia sehingga dapat dikembeangkan dalam tatanan layanan keperawatan.
b. Diharapkan agar perawat bisa menindaklanjuti trend dan isu tersebut melalui kegiatan riset sebagai dasar untuk pengembangan Evidence Based Nursing Practice di Lingkungan Rumah Sakit dalam Lingkup Keperawatan M
Langganan:
Postingan (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar