Masalah – masalah kesehatan masyarakat yang sedang terjadi
Kasus Flu Burung
Selasa, 14 Mei 2013 | 10:17
Wabah Flu Burung Menyebar di Tibet
Ilustrasi penanganan virus flu burung di China.
Ilustrasi penanganan virus flu burung di China. (sumber: News.cn)
Beijing - Wabah virus flu burung dilaporkan menyebar di wilayah terpencil Tibet, sementara korban tewas akibat flu burung H7N9 di China semakin bertambah menjadi 35 jiwa.
Departemen Pertanian Tibet melaporkan wabah virus flu burung H5N1 menyebar di antara ayam-ayam.
Sebanyak 35 ekor ayam di sebuah peternakan di desa Kabupaten Mainling, Nyingchi, menunjukkan gejala flu burung H5N1 dan menyebabkan kematian pada burung, Selasa (14/5).
Laporan Referensi Influenza Avian Nasional mengonfirmasi bahwa virus itu adalah virus lama H5N1 setelah berbagai sampel dikumpulkan di peternakan.
Otoritas lokal setempat telah menutup dan mensterilkan daerah yang terinfeksi. Total 372 ayam, yang diduga terinfeksi, telah dimusnahkan dan dibuang untuk mencegah penyakit menyebar.
Tiongkok bersama dengan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menugaskan tim peneliti untuk menemukan sebuah cara untuk mengobati penyakit mematikan itu, serta untuk mengembangkan sebuah vaksin. Kementerian Kesehatan Tiongkok juga telah menutup pasar unggas sebagai pencegahan.
Sejak infeksi pertama virus H7N9 dilaporkan Maret lalu, otoritas Tiongkok telah mengkonfirmasi total 130 kasus terkait virus flu burung. Kantor berita Xinhua mencatat bahwa 57 kasus terinfeksi telah pulih.
Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Amerika Serikat (AS) menyatakan virus flu burung saat ini tidak dapat memulai pandemi, tetapi memperingatkan tidak ada jaminan virus itu tidak bermutasi dan menyebabkan sebuah pandemi serius.
Laporan sebelumnya mencatat bahwa 40 persen orang terinfeksi H7N9 tidak memiliki kontak langsung dengan unggas.
Penulis: SP/D-11/FEB
Sumber:Xinhua,AFP,Reuters
kasus leptosiosis
Rabu, 20 Maret 2013 00:45 WIB | Ayu Abriani/JIBI/SOLOPOS | Dilihat: 511 Kali
|
Ilustrasi leptosprirosis (Dok/JIBI)
WONOGIRI–Sembilan warga di tiga dusun di Desa Bero, Kecamatan Manyaran positif terjangkit bakteri Leptospira yang menyebabkan penyakit Leptospirosis. Jumlah itu hampir sama pada 2011 lalu dengan jumlah penderita sembilan orang. Tapi, bedanya kejadian itu tersebar di lima kecamatan.
Kepala Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Suprio Heryanto, mewakili Kepala Dinas Kabupaten (DKK) Wonogiri Widodo, mengatakan tiga dari sembilan orang penderita sempat dirawat di Puskesmas Rawat Inap Wuryantoro. Namun, ketiganya telah diperbolehkan pulang karena terkena gejala ringan.
“Setelah mendapat laporan itu, kami melakukan pemeriksaan dengan mengambil sampel warga di dusun Pagean dan Jetis untuk melihat penyebaran bakterinya. Pemeriksaan itu dengan Liptotek [alat pemeriksaan sementara untuk gejala awal Leptospirosis]. Pemeriksaan pertama kami lakukan sekitar dua pekan lalu. Hari ini [Selasa], kami lakukan pemeriksaan lagi karena awal Maret ada satu warga yang terjangkit Leptospirosis,” katanya saat dihubungi Espos, Selasa (19/3).
Pihaknya hanya memeriksa dua dusun yakni Pagean dan Jetis karena dua warga yang dirawat itu terjangkit bakteri dari lingkungan sekitar. Sedangkan satu dusun lainnya yakni Pucang Anom tidak dilakukan pemeriksaan karena warga di dusun tersebut terjangkit Leptospirosis saat berada di Jakarta. Ia pulang ke kampungnya dalam keadaan sakit.
Hasil dari pemeriksaan sementara dengan mengambil sampel 22 warga di dua dusun tersebut, ditemukan enam orang positif terkena Leptospirosis. Hanya, mereka tidak sampai menimbulkan gejala seperti demam, pembesaran hati dan nyeri di kaki. Mereka lalu diberi obat antibiotik untuk mematikan bakteri.
Berdasarkan pengamatan di lokasi, DKK menyimpulkan binatang tikus yang membawa bakteri Leptospira mudah ditemukan di dalam rumah, pekarangan warga, kebun dan sawah. Lokasi itu dipergunakan warga sebagai tempat penimbunan hasil pertanian.
Ia pun mengimbau untuk membiasakan mencuci tangan memakai sabun setelah kontak dengan tanah sawah atau lingkungan rumah. “Selain itu, sebaiknya menghindari timbunan sampah di dalam rumah dan pekarangan karena tikus sering bersarang di tempet semacam itu,” imbuhnya.
Editor: Rini Yustiningsih | Dalam : Wonogiri
Kasus Cikungunya
formatnews - Kalianda, 10/6 : Jumlah kasus penyakit chikungunya di Kecamatan Rajabasa, Kabupaten Lampung Selatan, mulai turun setelah Dinas Kesehatan setempat menanganinya secara intensif.
"Berdasarkan laporan petugas di lokasi setempat, dari ribuan kasus saat ini telah menurun menjadi 76 kasus, itupun laporan dua pekan lalu," kata Kepala Seksi Pencegahan dan Pengamatan Penyakit Dinas Kesehatan Lampung Selatan Kristi Endrawati di Kalianda, Kamis.
Dia mengatakan, kemungkinan besar saat ini tidak ada penemuan kasus lagi, meskipun ada kasus lama dan masih dalam proses penyembuhan dengan ditangani oleh pos layanan kesehatan setempat.
Pascakejadian luar biasa (KLB) penyakit chikungunnya beberapa waktu lalu, menurut Kristi, pihaknya telah melakukan pembagian abate dan pengobatan gratis kepada warga yang terserang di 12 desa kecamatan itu.
"Pengasapan tidak kami lakukan mengingat wilayah tersebut merupakan perkebunan yang sangat luas sehingga kurang efektif untuk melakukannya," kata dia.
Dia berharap masyarakat yang tinggal di wilayah endemis chikungunya seperti perkebunan dan daerah yang memiliki potensi penampungan air tinggi, benar-benar mengantisipasi dengan mengubur, menguras dan menutup benda yang menampung air secara rutin saat curah hujan masih tinggi seperti sekarang.
Kemudian untuk warga yang tinggal di dekat perkebunan harus senantiasa menggunakan bahan anti-nyamuk saat berada di kebun karena gigitan nyamuk potensial menyebabkan chikungunya.
"Kami harap upaya-upaya itu dapat memutuskan mata rantai penularan di daerah endemis chikungunya," harapnya.
Wilayah endemis chikungunya di Lampung Selatan yakni Kecamatan, Tanjungbintang, Merbaumataram, Sidomulyo, Kalianda,Katibung, Bakauheni dan Rajabasa. Semua kecamatan tersebut telah terjadi KLB chikungunya dalam kurun waktu September 2009 hingga Mei 2010.*ant-cs*
?
DISQUS seems to be taking longer than usual. Reload?
Terbaru
Terpopuler
Persentase Lulusan SLTA Tahun 2012 Naik
Pihak Sekolah Wajib Sosialisasikan Tatib Kepada Siswa
Ribuan Warga Nahdlatul Ulama Peringati Harlah ke-90
Peran Orangtua Siswa Sangat Dominan Mencegah Penyimpangan Remaja
Tunisia dan India Pantau Pilkada Bali
Masyarakat Tak Peduli Absensi
Disdik Kota Pekanbaru Prihatin Kenakalan Siswa
Fatah-Hamas Sepakat Bentuk Pemerintahan Nasional
FORCE ENGINEER KUNJUNGI SATGAS KIZI TNI DI KONGO
LKBN ANTARA Perkuat Diplomasi Pers di Rusia
HARGA AYAM DI PASAR TRADISIOAL DI MEDAN MELONJAK
PAMERAN KULINER TRADISIONAL LANGKA DIGELAR DI YOGYAKARTA
AL GORE HADIRI PEMILIHAN "MISS EARTH" DI BALI
21 NAMA DISEBUT-SEBUT FIGUR BALON BUPATI LANGKAT
CUCI TANGAN DENGAN SABUN PERLU DIBUDAYAKAN
PEMBANGUNAN KOTA MEDAN ABAIKAN KELESTARIAN LINGKUNGAN
DUA KERETA API BERTABRAKAN DI STASIUN SENGON PASURUAN
TERAS KOTA LENGKAPI TEMPAT HIBURAN BSD
IWAN FALS SIAP KELILING INDONESIA DENGAN SEPEDA MOTOR
RALINE, JUARA FAVORIT PUTRI INDONESIA 2008, DINOBATKAN JADI DUTA LINGKUNGAN HIDUP SUMU
KASUS POLIO
Poliomielitis (polio) adalah penyakit paralisis (lumpuh) yang disebabkan virus polio. Virus penyebab polio, poliovirus (PV), masuk ke tubuh melalui mulut, menginfeksi saluran usus. Virus polio dapat memasuki aliran darah dan mengalir ke sistem saraf pusat, menyebabkan melemahnya otot dan kadang kelumpuhan (paralisis).
Etimologi
Kata polio berasal dari bahasa Yunani atau bentuknya yang lebih mutakhir, dari "abu-abu" dan "bercak".
Sejarah
Polio sudah dikenal sejak zaman pra-sejarah. Lukisan dinding di kuil-kuil Mesir kuno menggambarkan orang-orang sehat dengan kaki layu berjalan dengan tongkat. Kaisar Romawi Claudius terserang polio ketika masih kanak-kanak dan menjadi pincang seumur hidupnya.
Virus polio menyerang tanpa peringatan, merusak sistem saraf, menimbulkan kelumpuhan permanen, biasanya pada kaki. Sejumlah besar penderita meninggal karena tidak dapat menggerakkan otot pernapasan. Ketika polio menyerang Amerika selama dasawarsa seusai Perang Dunia II, penyakit itu disebut ‘momok semua orang tua’, karena menyerang anak-anak terutama yang berumur di bawah lima tahun. Di sana para orang tua tidak membolehkan anak mereka keluar rumah. Gedung-gedung bioskop dikunci, kolam renang, sekolah dan bahkan gereja tutup.
Virus Polio
Poliovirus adalah virus RNA kecil yang terdiri atas tiga strain berbeda dan amat menular. Virus polio menyerang sistem saraf dan kelumpuhan dapat terjadi dalam hitungan jam. Polio menyerang tanpa mengenal usia, lima puluh persen kasus polio terjadi pada anak berusia antara 3 hingga 5 tahun. Masa inkubasi polio dari gejala pertama berkisar dari 3 hingga 35 hari.
Polio dikategorikan sebagai penyakit peradaban. Poliovirus menular melalui kontak antar manusia. Polio dapat menyebar luas diam-diam karena sebagian besar penderita polio tidak memiliki gejala sehingga tidak tahu kalau mereka sendiri sedang mengidap polio. Virus polio masuk ke dalam tubuh melalui mulut ketika seseorang memakan makanan atau minuman yang terkontaminasi feses. Setelah seseorang terinfeksi polio, virus polio akan keluar melalui feses penderita polio selama beberapa minggu dan saat itulah dapat terjadi penularan virus polio.
Jenis Polio
Polio non-paralisis
Polio non-paralisis menyebabkan demam, muntah, sakit perut, lesu, dan sensitif. Terjadi kram otot leher dan punggung, otot terasa lembek jika disentuh.
Polio paralisis spinal
Strain poliovirus paralisis spinal menyerang saraf tulang belakang, menghancurkan sel tanduk anterior yang mengontrol pergerakan batang tubuh dan otot tungkai. Meskipun strain ini dapat menyebabkan kelumpuhan permanen, kurang dari satu dari 200 penderita polio paralisis spinal akan mengalami kelumpuhan. Kelumpuhan paling sering terjadi pada kaki. Setelah virus polio menyerang usus, virus polio akan diserap pembuluh darah kapiler pada dinding usus dan diangkut ke seluruh tubuh. Virus polio menyerang saraf tulang belakang dan syaraf motorik -- yang mengontrol gerakan fisik. Pada periode inilah muncul gejala seperti flu. Pada penderita polio paralisis spinal yang tidak memiliki kekebalan atau belum divaksinasi, virus polio biasanya akan menyerang seluruh bagian batang saraf tulang belakang dan batang otak. Infeksi polio akan mempengaruhi sistem saraf pusat -- menyebar sepanjang serabut saraf. Seiring dengan berkembang biaknya virus polio dalam sistem saraf pusat, virus akan menghancurkan saraf motorik. Saraf motorik tidak memiliki kemampuan regenerasi dan otot yang berhubungan dengannya tidak akan bereaksi terhadap perintah dari sistem saraf pusat. Kelumpuhan pada kaki menyebabkan tungkai menjadi lemas -- kondisi ini disebut acute flaccid paralysis (AFP). Infeksi parah pada sistem saraf pusat dapat menyebabkan kelumpuhan pada batang tubuh dan otot toraks (dada) dan abdomen (perut), disebut quadriplegia.
Polio bulbar
Polio bulbar disebabkan tidak adanya kekebalan alami sehingga batang otak ikut terserang polio. Batang otak mengandung syaraf motorik yang mengatur pernapasan dan saraf kranial, yang mengirim sinyal ke berbagai syaraf yang mengontrol pergerakan bola mata; saraf trigeminal dan saraf muka yang berhubungan dengan pipi, kelenjar air mata, gusi, dan otot muka; saraf auditori yang mengatur pendengaran; saraf glossofaringeal yang membantu proses menelan dan berbagai fungsi di kerongkongan; pergerakan lidah dan rasa; dan saraf yang mengirim sinyal ke jantung, usus, paru-paru, dan saraf tambahan yang mengatur pergerakan leher.
Tanpa alat bantu pernapasan, polio bulbar dapat menyebabkan kematian. Lima hingga sepuluh persen penderita polio bulbar akan meninggal ketika otot pernapasan mereka gagal bekerja. Kematian biasanya terjadi setelah terjadi kerusakan saraf kranial yang bertugas mengirim 'perintah bernapas' ke paru-paru. Penderita polio bulbar juga dapat meninggal karena kerusakan fungsi menelan; korban dapat 'tenggelam' dalam sekresinya sendiri kecuali dilakukan penyedotan atau diberi perlakuan trakeostomi untuk menyedot cairan yang disekresikan sebelum masuk ke dalam paru-paru. Namun trakeostomi juga sulit dilakukan apabila penderita telah menggunakan 'paru-paru besi' (iron lung). Iron lung membantu paru-paru lemah dengan menambah dan mengurangi tekanan udara di dalam tabung. Kalau tekanan udara ditambah, paru-paru akan mengempis, kalau tekanan udara dikurangi, paru-paru akan mengembang. Dengan demikian udara terpompa keluar masuk paru-paru. Infeksi yang jauh lebih parah pada otak dapat menyebabkan koma dan kematian.
Tingkat kematian karena polio bulbar berkisar 25-75% tergantung usia penderita. Hingga saat ini, mereka yang bertahan hidup dari polio bulbar harus hidup dengan paru-paru besi atau alat bantu pernapasan. Polio bulbar dan spinal sering menyerang bersamaan dan merupakan sub kelas dari polio paralisis. Polio paralisis tidak permanen. Penderita polio yang sembuh dapat memiliki fungsi tubuh mendekati normal.
Anak-anak dan Polio
Anak-anak kecil yang terkena polio seringkali hanya mengalami gejala ringan dan menjadi kebal terhadap polio. Karenanya, penduduk di daerah dengan sanitasi baik justru menjadi lebih rentan terhadap polio karena tidak menderita polio ketika masih kecil. Vaksinasi polio saat balita sangat membantu pencegahan polio di masa depan karena polio menjadi lebih berbahaya jika diderita orang dewasa. Orang yang telah menderita polio bukan tidak mungkin akan mengalami gejala tambahan di masa depan seperti layu otot; gejala ini disebut sindrom post-polio.
Vaksin efektif pertama
Vaksin efektif polio pertama dikembangkan Jonas Salk. Salk menolak mematenkan vaksin polio karena menurutnya, vaksin polio milik semua orang seperti halnya sinar matahari. Namun vaksin yang digunakan untuk inokulasi masal adalah vaksin polio yang dikembangkan Albert Sabin. Inokulasi pencegahan polio anak untuk pertama kalinya diselenggarakan di Pittsburgh, Pennsylvania pada 23 Februari 1954. Polio hilang di Amerika pada tahun 1979.
Usaha pemberantasan polio
Pada tahun 1938, Presiden Roosevelt mendirikan Yayasan Nasional Bagi Kelumpuhan Anak-Anak, yang bertujuan menemukan pencegah polio, dan merawat mereka yang sudah terkena polio. Yayasan itu membentuk March of Dimes. Ibu-ibu melakukan kunjungan dari rumah ke rumah, anak-anak membantu melakukan sesuatu untuk orang lain, bioskop memasang iklan, semuanya bertujuan minta bantuan satu dime, atau sepuluh sen. Dana yang masuk waktu itu digunakan untuk membiayai penelitian dokter Jonas Salk yang menghasilkan vaksin efektif polio pertama. Tahun 1952, di Amerika terdapat 58 ribu kasus polio. Tahun 1955 vaksin polio Salk mulai digunakan. Tahun 1963, setelah puluhan juta anak divaksin polio, di Amerika hanya ada 396 kasus polio.
Pada tahun 1955, Presiden Dwight Eisenhower mengumumkan bahwa Amerika akan mengajarkan kepada negara-negara lain cara membuat vaksin polio. Informasi ini diberikan secara gratis kepada 75 negara, termasuk Uni Soviet.
Tahun 1988, Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO mensahkan resolusi untuk menghapus polio sebelum tahun 2000. Pada saat itu masih terdapat sekitar 350 ribu kasus polio di seluruh dunia. Meskipun pada tahun 2000 polio belum terbasmi, tetapi jumlah kasusnya telah berkurang hingga di bawah 500. Polio tidak ada lagi di Asia Timur, Amerika Latin, Timur Tengah atau Eropa, tetapi masih terdapat di Nigeria, dan sejumlah kecil di India dan Pakistan. India telah melakukan usaha pemberantasan polio yang cukup sukses. Sedangkan di Nigeria, penyakit polio masih terus berjangkit karena pemerintah Nigeria mencurigai vaksin polio dapat mengurangi fertilitas dan menyebarkan HIV. Tahun 2004, pemerintah Nigeria meminta WHO melakukan vaksinasi polio lagi, setelah penyakit polio kembali menyebar ke seluruh Nigeria dan 10 negara tetangganya. Konflik internal dan perang saudara di Sudan dan Pantai Gading juga mempersulit pemberian vaksin polio.
Meskipun banyak usaha telah dilakukan, pada tahun 2004 angka infeksi polio meningkat menjadi 1.185 di 17 negara dari 784 di 15 negara pada tahun 2003. Sebagian penderita polio berada di Asia dan 1.037 ada di Afrika. Nigeria memiliki 763 penderita polio, India 129, dan Sudan 112.
Pada 5 Mei 2005, dilaporkan terjadi ledakan infeksi polio di Sukabumi akibat strain virus yang menyebabkan wabah polio di Nigeria. Virus polio diduga terbawa dari Nigeria ke Arab dan sampai ke Indonesia melalui tenaga kerja Indonesia yang bekerja di Arab atau orang yang bepergian ke Arab untuk haji atau hal lainnya.
KASUS TBC PARU
Tuberkulosis atau TBC pernah menjadi penyakit yang sangat menakutkan di Indonesia, yaitu pada masa kemerdekaan dulu. Penyakit ini mudah menular, seperti halnya flu biasa dan cepat menyebar pada orang-orang yang hidup bersama penderita. Bahkan, panglima besar Jendral Sudirman pun akhirnya tidak berdaya melawan penyakit ini.
Sekarang, upaya pencegahan sejak dini telah dilakukan, yaitu dengan paket imunisasi BCG pada balita. Walau demikian, Indonesia belum terbebas 100 % dari penyakit ini.
Apa itu TBC paru-paru ?
Tuberkulosis adalah penyakit infeksi akibat infeksi kuman Mycobacterium yang bersifat sistemis (menyeluruh) sehingga dapat mengenai hampir seluruh organ tubuh, dengan lokasi terbanyak di paru-paru yang biasanya merupakan lokasi infeksi yang pertama kali terjadi.
Apa penyebabnya ?
Bakteri Mycobacterium tuberculosa, bakteri ini dapat menular. Jika penderita bersin atau batuk maka bakteri tuberculosi akan bertebaran di udara. Infeksi awal yang terjadi pada anak-anak umunya akan menghilang dengan sendirinya jika anak-anak telah mengembangkan imunitasnya sendiri selama periode 6-10 minggu. Tetapi banyak juga terjadi dalam berbagai kasus, infeksi awal tersebut malah berkembang menjadi progressive tuberculosis yang menjangkiti organ paru dan organ tubuh lainnya. Jika sudah terkena infeksi yang progresif ini maka gejala yang terlihat adalah demam, berat badan turun, rasa lelah, kehilangan nafsu makan dan batuk-batuk. Dalam kasus reactivation tuberculosis, infeksi awal tuberculosis (primary tuberculosis) mungkin telah lenyap tetapi bakterinya tidak mati melainkan hanya "tidur" untuk sementara waktu.
Bilamana kondisi tubuh sedang tidak fit dan dalam imunitas yang rendah, maka bakteri ini akan aktif kembali. Gejala yang paling menyolok adalah demam yang berlangsung lama denga keringat yang berlebihan pada malam hari dan diikuti oleh rasa lelah dan berat badan yang turun. Jika penyakit ini semakin progresif maka bakteri yang aktif tersebut akan merusak jaringan paru dan terbentuk rongga-rongga (lubang) pada paru-paru penderita maka si penderita akan batuk-batuk dan memproduksi sputum (dahak) yang bercampur dengan darah.
Faktor resiko
Penyakit TBC adalah penyakit yang dapat ditularkan terutama melalui percikan ludah dari orang yang menderita, namun bila daya tahan tubuh seseorang itu baik maka kuman yang ada didalam tubuh hanya akan menetap dan tidak akan menyebabkan infeksi dan saat daya tahan tubuh sedang turun maka kuman akan menjadi aktif dan menyebabkan timbulnya infeksi pada orang tersebut.
Inkubasinya sangat tergantung kepada individu dan level dari infeksi tersebut, apakah termasuk dasar, progresif atau aktif kembali. TBC adalah penyakit kronis yang dapat berlangsung selama bertahun-tahun jika tidak ditangani secara benar. Jika sudah terinfeksi TBC sebaiknya penderita dirawat di rumah sakit atau sanatorium sampai sembuh betul.
Gejala klinis
Gejala umum/nonspesifik antara lain :
Berat badan turun tanpa sebab yang jelas atau pada anak berat badan tidak naik dalam 1 bulan dengan penanganan gizi.
Tidak nafsu makan dan pada anak terlihat gagal tumbuh serta penambahan berat badan tidak memadai sesuai umur.
Demam lama dan berulang tanpa sebab yang jelas (bukan tifoid, malaria atau infeksi saluran nafas akut), dapat disertai adanya keringat pada malam hari
Adanya pembesaran kelenjar seperti di leher atau ketiak
Batuk lama lebih 30 hari dengan atau tanpa dahak atau dapat juga berupa batuk darah
Pada anak-anak, primary pulmonary tuberculosis (infeksi pertama yang disebabkan oleh bakteri tuberculosis) tidak menampakkan gejalanya meskipun dengan pemeriksaan sinar X-ray. Kadang-kadang; ini pun jarang; terlihat adanya pembesaran kelenjar getah bening dan batuk-batuk. Dalam banyak kasus jika tuberculin skin test-nya menunjukkan hasil positif maka si penderita diindikasikan menderita penyakit TBC. Anak-anak dengan dengan tuberculin test positif, meskipun tidak menampakkan gejala, harus mendapatkan perawatan serius.
Pengobatan
Obat untuk TBC berbentuk paket selama 6 bulan yang harus dimakan setiap hari tanpa terputus. Bila penderita berhenti ditengah pengobatan maka pengobatan harus diulang lagi dari awal, untuk itu maka dikenal istilah PMO (pengawas minum obat) yaitu adannya orang lain yang dikenal baik oleh penderita maupun petugas kesehatan (biasanya keluarga pasien) yang bertugas untuk menngawasi dan memastikan penderita meminum obatnya secara teratur setiap hari. Pada 2 bulan pertama obat diminum setiap hari sedangkan pada 4 bulan berikutnya obat diminum selang sehari. Regimen yang ada antara lain : INH, Pirazinamid, Rifampicin, Ethambutol, Streptomisin.
Yang dapat anda lakukan:
Konsultasi ke dokter anda.
Minumlah obat anti tuberkulosa, sesuai nasihat dokter secara teratur, dan jangan menghentikan pengobatan tanpa sepengetahuan dokter, karena kan mendorong kuman jadi kebal terhadap pengobatan anti tuberkulosa. Biasanya penyembuhan paling cepat sekitar 6-9 bulan kalau minum obat secara teratur.
Makanlah makanan bergizi.
Menyederhanakan cara hidup sehari-hari agar tidak menyebabkan stres dan banyak istirahat terutama di tempat berventilasi baik.
Menghentikan merokok, bila anda perokok.
Tindakan dokter untuk anda
Memastikan diagnosa melalui pemeriksaan dahak, pemeriksaan rontgen dada atau pada temapat lain yang disesuaikan keperluan, pemeriksaan darah dan kadar gula darah.
Memberi resep obat-obat anti TB.
Menganjurkan anda untuk masuk rumah sakit bila dipandang perlu, dengan tujuan memulihkan kesehatan dan istirahat, agar melampaui saat gawat selesai.
Melakukan operasi untuk membuang bagian-bagian tubuh yang gterkena bila dipandang perlu.
Memeriksa keluarga atau orang-orang terdekat dengan anda, mencari sumber infeksi dan kemungkinan terkena TB juga.
Memberikan petunjuk mengenai cara batuk agar tidak menyebarkan kuman dan meludah harus dikumpulkan dengan diberi cairan pembunuh kuman (antara lain : lisol), cara hidup yang teratur dan menenangkan pikiran agar daya tahan tubuh mengatasi penyakit dengan cepat.
Pencegahan
Imunisasi BCG pada anak balita, Vaksin BCG sebaiknya diberikan sejak anak masih kecil agar terhindar dari penyakit tersebut.
Bila ada yang dicurigai sebagai penderita TBC maka harus segera diobati sampai tuntas agar tidak menjadi penyakit yang lebih berat dan terjadi penularan.
Jangan minum susu sapi mentah dan harus dimasak
Bagi penderita untuk tidak membuang ludah sembarangan.
Pencegahan terhadap penyakit TBC dapat dilakukan dengan tidak melakukan kontak udara dengan penderita, minum obat pencegah dengan dosis tinggi dan hidup secara sehat. Terutama rumah harus baik ventilasi udaranya dimana sinar matahari pagi masuk ke dalam rumah.
Tutup mulut dengan sapu tangan bila batuk serta tidak meludah/mengeluarkan dahak di sembarangan tempat dan menyediakan tempat ludah yang diberi lisol atau bahan lain yang dianjurkan dokter dan untuk mengurangi aktivitas kerja serta menenangkan pikiran.
Langganan:
Postingan (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar